Daftar isi

Showing posts with label Sejarah. Show all posts
Showing posts with label Sejarah. Show all posts

Wednesday, 6 August 2014

PENGARUH AGAMA ISLAM TERHADAP PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN DI INDONESIA



D. PENGARUH AGAMA ISLAM TERHADAP PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN DI INDONESIA

Berbicara kebudayaan Islam tentunya akan selalu bersinggungan dengan budaya Arab dan Timur-Tengah. Perlu dicatat bahwa tidak semua masyarakat Timur Tengah merupakan orang Arab: Orang Iran, misalnya, adalah orang bangsa Persia, yang memiliki bahasa serta budaya tersendiri—meskipun dalam ha-hal tertentu ada kesamaan dengan budaya Arab. Maka dan itu, menghubungkan budaya Islam dengan hanya budaya Arab tentunya kurang adil. Apalagi, persebaran Islam di Indonesia dilakukan bukan hanya oleh satu bangsa saja, melainkan oleh berbagai bangsa yang berdagang di Indonesia: orang Arab sendiri, Persia, Moor, India, bahkan Cina. Persebaran Islam di Indonesia tak serempak terjadi dalam waktu yang sama, melainkan berproses melalui aktifitas dagang dan sosial. Oleh karena itu, kekentalan pengaruh budaya dan ajaran Islam di tiap-tiap tempat di Indonesia tentunya berbedabeda. Ada masyarakat yang nuansa Islamnya kental, seperti Aceh atau Banten; adapula masyarakat yang nilai “kefanatikan” Islamnya tidak begitu kentara, seperti di Jawa. Dalam bidang kebudayaan, pengaruh Islam begitu kental sekali, baik dalam bahasa, kesusastraan, arsitektur, seni kaligrafi, nama-nama hari dan orang, seni tarian dan musik. Bagi orang santri, cara

SEJARAH SULUK



Suluk adalah salah satu aktifitas Tarekat Naqsyabandiyah Khlawatiyah yang dilakukan dengancara mengurangi makan dan tidur, tidak berbicara (kecuali bila dibutuhkan) Suluk biasanya dilakukan pada

SEJARAH PERKEMBANGAN PENGARUH AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA



Sejarah Pengaruh Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia
Islam datang ke Indonesia ketika pengaruh Hindu dan Buddha masih kuat. Kala itu, Majapahit masih menguasai sebagian besar wilayah yang kini termasuk wilayah Indonesia..Masyarakat Indonesia berkenalan dengan agama dan kebudayaan Islam melalui jalur perdagangan, sama seperti ketika berkenalan dengan agama Hindu dan Buddha. Melalui aktifitas niaga, masyarakat Indonesia yang sudah mengenal Hindu-Buddha lambat laun mengenal ajaran Islam. Persebaran Islam ini pertama kali terjadi pada masyarakat pesisir laut yang lebih terbuka terhadap budaya asing. Setelah itu, barulah Islam menyebar ke daerah pedalaman dan pegunungan melalui aktifItas ekonomi, pendidikan, dan politik.  Kali ini kalian akan mempelajari jejak pengaruh agama dan  kebudayaan Islam di berbagai wilayah di Indonesia serta proses  persebarannya. Akan diuraikan pula proses bagaimana Islam, sebagai agama baru, mampu berasimilasi dengan budaya tradisional masyarakat Indonesia yang telah terpengaruh tradisi Hindu-Buddha.

Agama Islam pada akhirnya menyebar hingga ke Asia Tenggara dan Asia Timur. Hal ini terjadi akibat jalur perdagangan yang makin ramai, dengan dibukanya Bandar Hurmuz di Teluk Persia. Indonesia sebagai salah satu wilayah yang memiliki banyak pelabuhan, merupakan salah satu tujuan para saudagar asing untuk
memperoleh barang dagang yang laku di pasaran internasional, terutama rempah-rempah.
Proses masuknya agama Islam ke Indonesia tidak berlangsung secara revolusioner, cepat, dan tunggal, melainkan berevolusi,lambat-laun, dan sangat beragam. Menurut para sejarawan, teori-teori tentang kedatangan Islam ke Indonesia dapat dibagi menjadi:
       a. Teori Mekah
Teori Mekah mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah langsung dan Mekah atau Arab. Proses mi berlangsung pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau HAMKA, salah seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Hamka mengemukakan pendapatnya ini pada tahun 1958, saat orasi yang disampaikan pada dies natalis Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di Yogyakarta. Ia menolak seluruhanggapan para sarjana Barat yang mengemukakan bahwa Islam datang ke Indonesia tidak langsung dan Arab. Bahan argumentasi yang dijadikan bahan rujukan HAMKA adalah sumber lokal Indonesia dan sumber Arab. Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh nilai- nilai ekonomi, melainkan didorong oleh motivasi spirit penyebaran agama Islam. Dalam  pandangan Hamka, jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab telah berlangsung jauh sebelum tarikh masehi. Dalam hal ini, teori HAMKA merupakan sanggahan terhadap Teori Gujarat yang banyak kelemahan. Ia malah curiga terhadap prasangka-prasangka penulis orientalis Barat yang cenderung memojokkan Islam di Indonesia, Penulis Barat, kata HAMK.A, melakukan upaya yang sangat sistematik untuk menghilangkan keyakinan negeri-negeri Melayu tentang hubungan rohani yang mesra antara mereka dengan tanah Arab sebagal sumber utama Islam di Indonesia dalam menimba Ilmuagama. Dalam pandangan HAMKA,orang-orang Islam di  Indonesia mendapatkan Islam dan orang- orang pertama (orang Arab), bukan dan hanya sekedar perdagangan. Pandangan HAMKA mi hampir sama dengan Teori Sufi yang diungkapkan oleh A.H. Johns yang mengatakan bahwa para musafirlah (kaum pengembara) yang telah melakukan islamisasi awal di Indonesia. Kaum Sufi biasanya mengembara dan sampai tempat ke tempat lainnya untuk mendinikan kumpulan atau perguruan tarekat.
        b. Teori Gujarat
Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam  ke Indonesia berasal dan Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat ini terletak di India bagian barat, berdekatan dengan Laut Arab. Tokoh yang menyosialisasikan  teori ini kebanyakan adalah sarjana dan Belanda. Sarjana pertama yang mengemukakan teori ini adalah J. Pijnapel dan Universitas Leiden pada abad ke 19. Menurutnya, orang-orang Arab bermahzab Syafei telah bermukim di Gujarat dan Malabar sejak awal Hijriyyah (abad ke 7 Masehi), namun yang menyebarkan Islam ke Indonesia menurut Pijnapel bukanlah dan orang Arab langsung, melainkan pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia timur, termasuk Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, teori Pijnapel ini diamini dan disebarkan oleh seorang orientalis terkemuka Belanda, Snouck Hurgronje. Menurutnya, Islam telah lebih dulu berkembang di kota-kota pelabuhan Anak Benua India. Orang- orang Gujarat telah lebih awal membuka hubungan dagang dengan Indonesia dibanding dengan pedagang Arab, Dalam pandangan Hurgronje, kedatangan orang Arab terjadi pada masa berikutnya. Orang-orang Arab yang datang ini kebanyakan adalah keturunan Nabi Muhammad yang menggunakan gelar “sayid” atau “syarif” di di depan namanya. Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh JR Moquetta (1912) yang memberikan argumentasi dengan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H/1297 M di Pasai, Aceh. Menurutnya, batu nisan di Pasal dan makam Maulanan Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan nisan yang terdapat di Kambay, Gujarat. Moquetta akhirnya berkesimpulan bahwa batu nisan tersebut diimpor dan Gujarat, atau setidaknya dibuat olch orang Gujarat atau orang Indonesia yang telah belajar kaligrafi khas Gujarat. Alasan lahirnya adalah kesamaan mahzab Syafei yang di anut masyarakat muslim di Gujarat dan Indonesia.

          c. Teori Persia
 Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dan daerah Persia atau Parsi (kini Iran). Pencetus dan teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat, sejarawan asal Banten. Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan analisisnya pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia. Tradisi tersebut antara lain: tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro sebagai han suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Au, cucu Nabi Muhammad, seperti yang berkembang dalam tradisi tabut di Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil dan bahasa Arab yang ditranslasi melalui bahasa Parsi. Tradisi lain adalah ajaran mistik yang banyak kesamaan, misalnya antara ajaran Syekh Siti Jenar dan Jawa Tengah dengan ajaran sufi Al-Hallaj dan Persia. Bukan kebetulan, keduanya mati dihukum oleh penguasa setempat karena ajaran-ajarannya dinilai bertentangan dengan ketauhidan Islam (murtad) dan membahayakan stabilitas politik dan. sosial. Alasan lain yang dikemukakan Hoesein yang sejalan dengan teori Moquetta, yaitu ada kesamaan seni kaligrafi pahat pada batu-batu nisan yang dipakai di kuburan Islam awal di Indonesia. Kesamaan lain adalah bahwa umat Islam Indonesia menganut mahzab Syafei, sama seperti kebanyak muslim di Iran.


         d. Teori Cina
Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di Jawa) berasal dan para perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Cina atau Tiongkok telah berbaur dengan penduduk Indonesia terutama melalui kontak dagang. Bahkan, ajaran Islam telah sampai di Cina pada abad ke-7 M, masa di mana agama ini baru berkembang. Sumanto Al Qurtuby dalam bukunyaArus Cina-Islam-Jawa menyatakan, menurut kronik masa Dinasti Tang (6 18-960) di daerah Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir Cina bagian selatan, telah terdapat sejumlah pemukiman Islam. Teori Cina ini bila dilihat dan beberapa sumber luar negeri (kronik) maupun lokal (babad dan hikayat), dapat diterima. Bahkan menurut sejumlah sumber lokat tersebut ditulis bahwa raja Islam pertama di Jawa, yakni Raden Patah dan Bintoro Demak, merupakan keturunan Cina. Ibunya disebutkan berasal dan Campa, Cina bagian selatan (sekarang termasuk Vietnam). Berdasarkan Sajarah Banten dan Hikayat Hasanuddin, nama dan gelar raja-naja Demak beserta leluhurnya ditulis dengan menggunakan istilah Cina, seperti “Cek Ko Po”, “Jin Bun”, “Cel< Ban Cun”, “Cun Ceh”, serta “Cu-cu”. Nama-nama seperti “Munggul” dan “Moechoel” ditafsirkan merupakan kata lain dan Mongol, sebuah wilayah di utara Cina yang berbatasan dengan Rusia. Bukti-bukti lainnya adalah masjid-masjid tua yang bernilai arsitektur Tiongkok yang didirikan oleh komunitas Cina di berbagai tempat, terutama di Pulau Jawa. Pelabuhan penting sepanjang pada abad ke-15 seperti Gresik, misalnya, menurut catatan-catatan Cina, diduduki pertama-tama oleh para pelaut dan pedagang Cina. Semua teori di atas masing masing memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri. Tidak ada kemutlakan dan kepastian yang jelas dalam masing-masing teori tersebut. Meminjam istilah Azyumardi Azra, sesungguhnya kedatangan Islam ke Indonesia datang dalam kompleksitas; artinya tidak berasal dan satu tempat, peran kelompok tunggal, dan tidak dalam waktu yang bersamaan.
Keberadaan Masyarakat Islam Awal di Indonesia
a. Kronik-kronik Luar Negeri
Sejak abad ke-5 M, pedagang Arab telah menjalin kontak dengan pedagang dan Cina. Rute dagang bahari pedagang Cina-Arab ini tentunya melintasi perairan Indonesia. Karena itu, orang-orang Arab dipastikan telah mengenal masyarakat Indonesia sejak abad ke-5, yang ketika itu agama Islam pun belum lahir. Selanjutnya pada abad ke-7 M, para pedagang Islam dan Persia dan India telah melakukan kontak dagang di sejumlah pelabuhan di Indonesia. Aktifitas dagang ini semakin ramai sejak Dinasti Umayyah berkuasa. Perdagangan dilakukan oleh Bani Umayyah dengan Dinasti Tang melalui Selat Malaka. Informasi sejarah mi tersiar dan kronik Cina masa Dinasti Tang yang melaporkan perdagangan antara Cina dan Asia Barat. Perdagangan itu melibatkan Indonesia karena kawasan ini dilalui pedagang Asia Barat sebelum dan sepulang dan Cina. Antara abad ke-7 dan 8 M sudah terdapat pemukiman muslim di Baros di pantai barat laut Sumatera, di pesisir utara Jawa, Maluku, dan Kanton di Cina Selatan. Masih menurut berita Cina bahwa pada tahun 977 M, sebuah kerajaan Islam di Indonesia telah mengirim utusannya ke negeri Cina. Kerajaan mi bernama Poni, utusannya bernama Pulau Hingga sekarang data-data lain tentang keberadaan Kerajaan Poni ini belum ditemukan. Pada 1281 Kerajaan Melayu-Jambi mengirim utusan ke Cina dengan dua utusan yang bernama Sulaiman dan Syamsuddin—keduanya nama Islam. Tulisan pada nisan di Leheran, Gresik, berupa huruf Arab,memberitakan wafatnya wanita muslim bernama Fatimah binti Maimun yang bertanggal 1082 M (ada juga yang berpendapat 1181 M). Pemakaman muslim kuno di Trowulan membuktikan adanya bangsawan Majapahit yang memeluk Islam sejak masa Hayam Wuruk. Catatan Ma-Huan memberitakan bahwa pada awal abad ke-15 sebagian masyarakat di pantai utara Jawa (mungkin kota pelabuhan seperti Tuban, Sedayu, dan Gresik) telah memeluk Islam. Pelayaran kapal dagang dan Asia Barat ke Indonesia cukup bergantung kepada angin musim. Karena harus menunggu pergantian angin musim tersebut, para pedagang muslim akhirnya menetap cukup lama di sejumlah bandar di Indonesia. Selama singgah itulah terjalinlah interaksi sosial. Bandar-bandar dagang  Indonesia yang penting berada di sekitar Selat Malaka dan pantai utara Laut Jawa. Komoditas yang diperdagangkan berupa hasil hutan, pertanian, dan kerajinan. Pedagang muslim yang turut andil dalam perdagangan terutama berasal dan Gujarat, di utara Bombay. Singgahnya para pedagang dalam waktu yang relative lama, mengakibatkan berdirinya sejumlah pemukiman para pedagang muslim. Berdirinya pemukiman-pemukiman itu membuka jalinan sosial antara pedagang muslim dengan penduduk pribumi. Iriteraksi itu berawal dan lingkup ekonomi lalu ke lingkup sosial,
 
budaya, agama, dan politik. Dalam proses inilah penduduk Indonesia mengenali ajaran Islam. Pengenalan nilai-nilai Islam juga melibatkan peran mubalig yang ikut serta bersama para pedagang muslim. Mereka mendirikan pesantren dan masjid dalam pengenalan ajaran Islam lebih mendalam. Pengenalan itu tidak hanya dilakukan melalui dakwah, melainkan juga dengan perilaku terpuji. Berita Cina memberitakan bahwa pada akhir abad ke-13 M, kerajaan kecil bernama “Sa-mu-ta-la”(Samudera) mengutus dutanya ke Cina. “Sa-mu-ta-la” merupakan ejaan orang Cina untuk Samudera Pasai. Adanya kerajaan Pasai mi diperkuat oleh catatan Marcopolo yang singgah di Sumatera pada 1292. Marcopolo menyatakan adanya masyarakat muslim di Perlak akhir abad ke- 13 M. Suma Oriental, kronik karya Tome Pires musafir Portugis (Portugal), mencatat cukup lengkap penyebaran Islam di Sumatera, Kalimantan, Jawa, sampai Maluku pada abad ke-16 M. Tome Pires pernah singgah di Malaka, Sumatera, dan Jawa. Ia meninggalkan Kepulauan Indonesia sekitar tahun 1515 M. Tome Pires menulis kronik lain yang berjudul PortugeseRelacion. Selain, Marcopolo dan Tome Pires, ada pula sejumlah pelaut Eropa yang sempat singgah di Indonesia, di antaranya: Ferdinand Mendez Pinto dan Dc Couto (menulis Da Asia) dan Portugis yang ke Indonesia tidak lama setelah Tome Pires.
b. Sumber-sumber Lokal: Historiografi Tradisional
Berbeda dengan sumber-sumber luar negeri, sumber-sumber lokal kebanyakan berbentuk kesusastraan. Kitab-kitab yang memuat informasi sejarah tersebut banyak bentuknya. Di Melayu, Sumatera, Banten, dan Kalimantan, biasanya berbentuk hikayat. Sedangkan di Jawa, seperti di Banten, Cirebon, Demak, Mataram, biasanya berbentuk babad, kitab, sajarah, kidung, carita, atau sera:. Meski demikian, balk kronik luar negeri maupun sumber lokal, keduanya sama.sama merupakan penulisan (historiografi) tradisional. Bila kronik dan luar negeri ditulis oleh nania dan tahun yang jelas, para penulis lokal sering tak bernama. Scning sebuah karya dicatat oleh lebih dan satu orang. Kebanyakan kitab tesebut berbahasa Melayu dan Jawa dan bcraksara Arab gundul atau Jawi. Selain tak tercantum nama penulis, kitab-kitab mereka acap kali tak mencantumkan tanggal, bulan, dan tahun yang pasti. Malah bisa saja, sebuah kitab yang menceritakan, misalnya, abad ke-15, ditulis pada satu-dua abad berikutnya. Oleh karena itu, peristiwap peristiwa yang tercantum dalam kitab itu banyak yang tidak faktual. Sering terjadi pula adanya perbedaan antara kitab satu dengan yang lain, seperti perbedaan waktu, nama raja, gelar, tempat, atau silsilah




Pembentukan Lembaga-lembaga Pemerintahan Diberbagai Daerah

            Setelah negara Repuplik Indonesia berdiri,PPKI dengan segera menyiapkan pemerintahan negara RI. Akhirnya terbentuklah pemerintahan yang dijalankan oleh KNIP. Tidak ketinggalan pula untuk memperkuat sendi-sendi hukum sebagai dasar negara telah ditetapkan Undang-Undang Dasar 1945.Dalam konsitusi itu disebutkan bahwa bentuk negara indonesia sesuai
dengan yang tercantum di dalam pasal 1 ayat 1 UUD 1945 adalah negara kesatuan. Konsekunsei  dari bentuk negara eksatuan adalah hanya ada satu pemerintah (pusat) yang memiliki kekuasaan dan wewenang untuk mengatur dan mengurus pemerintahan negara. Oleh karena itu, pada sidang lanjutan PPKI tanggal 19 agustus 1945 dibahas mengenai pembagian wilayah Republik Indonesia menjadi 8 provinsi dengan wilayah seluruhnya meliputi wilayah bekas kekuasaan atau daerah jajahan Hindia Belanda dari sabang sampai Meroke. Masing-masing provinsi diperintah oleh seorang kepala daerah dengan jabatan gubernur. Sesuai dengan Pasal 18 UUD 1945 bahwa seorang kepala daerah diberikan wewenang untuk menyelenggarakan pemerintahannya sendiri, namun tetap dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia.
Lembaga-lembaga pemerintahan yang terdapat didaerah-daerah antara lain.
> Lembaga pemerintah Daerah,lembaga yang dipimpin oleh seorang kepala dengan tugas dan wewenang dalam pemerintahan yang dikuasainya
>Lembaga Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID),Pembentukan lembaga ini sebagai tindak lanjut dari pembentukan Komite Nasionela Indonesia Pusat (KNIP).
>Lembaga Teknis Daerah, institusi yang membantu pelaksanaan pemerintahan dari seorang kepala daerah.
>Dinas Daerah,merupakan unsur pelaksana dari pemerintahan daerah yang menyelenggarakan uurusan-urusan rumah tangga daerah itu sendiri
>Wakil Kepala Daerah , Pembantu kepala daerah yang menjalankan tugas wewenangnya
>Sekretaiat Daerah,merupakan unsur staf yang tugasnya mmbantu kepala daerah untuk menyelenggrakan pemerintahan atas daerah yang diperintahnya
Daerah-daerah yang luas yang membuat gubernur sulit untuk mengaturnya sehingga masing-masing provinsi dibagi-bagi lagi menjadi daerah-daera pemerintahan yang lebih kecil dan yang paling kecil ialah desa

SEJARAH PERLAWANAN YANG DILAKUKAN OLEH PASUKAN PETA





Perlawanan bersenjata dilakukan oleh pasukan PETA di berbagai daerah, antaralain sebagai berikut.
1.         Perlawanan PETA di Blitar (29 Februari 1945) Perlawanan ini dipimpin oleh

Tuesday, 5 August 2014

Sejarah Indonesia Kuno

A. Pendapat tentang Asal-usul dan Persebaran Manusia di Indonesia

Sebelum zaman es (glasial) wilayah indonesia bagian barat menjadi satu dengan daratan asia dan wilayah Indonesia bagian timur menjadi satu dengan wilayah Australia. Mencairnya es di daerah kutub negakibatkan wilayah indonesia dipisahkan oleh lautan (Samudra Hindia dan Samudra Pasifik) dan daratan (Asia dan Australia). Posisi silang tersebut menjadikan Indonesia mudah mendapatkan pengaruh dari luar, terutama pengaruh terhadap peradaban dan budaya.

Ada beberapa pendapat yang mengemukakan tentang keberadaan atau asal-asul  nenek monyang bangsa Indonesia yang semuanya didukung oleh Teori Migrasi. Para ahli sejarah tersebut antara lain :
1. Van Heine Geldern
    Menyatakan pendapatnya bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Asia. Hal ini berdasarkanpada penemuan artefak-artefak di indonesia yang memiliki banyak persamaan dengan yang ditemukan di daratan Asia.
2. Prof. Dr. d Kern
    Berpendapat bahwa asal-usul bangsa indonesia daerah campa. Kochin China, Kamboja yang mendasarkan bahwa nenek monyang bangsa indonesia menggunakan perahu bercadik menuju kepulauan Indonesia. Hal ini kemudian didukung dengan adanya persamaan namadan bahasa yang dipakai Indonesia. Hal ini kemudian didukung dengan adanya persamaan nama dan bahasa di pakai didaerah tersebut dengan daerah di indonesia. Pendapat Kern juga diperngaruhi oleh Willem Smith.
3. Prof. Moh. Yamin
    Menyatakan bahwa Bangsa Indonesia berasal dari daerah Indonesia sendiri. Hal ini didukung oleh pernyataan dalam "Blood Und Breden Unchro" artinya daerah dan tanah bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri. Hal ini berdasarkan Pada fosil dari Indonesia sendiri. Hal ini mendasarkan pada fosil dan artefak yang banyak ditemukan di indonesia dibanding dengan daerah lain di Asia.
4. Drs.Moh. Ali yang didukung Mens
Menyatakan pada hakikatnnya bangsa Indonesia berasal dari Yunan, Berakibat terdesak oleh bangsa pertama dari tahun 3000-1500 SmM dengan kebudayaan neolithikum dengan jenis perahu bercadik satu. Sedang gelombang kedua dari 1500-500 SM dengan ciri menggunakan perahu bercadik dua.
5. Prof. Dr. Krom.
Menyatakan bahwa nenek monyang bangsa indonesia berasal dari Austronesia dataran Sunda. Hal ini berdasarkan hasil penelusuran DNA fosil. Ia menyanggah bahwa nenek moyang Indonesia berasal dari Yunan, karena Homo Erectus atau Pithecanthropus Erectus ini tidak ada kelanjutannya pada manusia sekarang.Mereka punah dan digantikan spesies baru.

SEJARAH KERAJAAN TARUMANEGARA

SEJARAH KERAJAANTARUMANEGARA
                         sejarah kerajaan  Tarumanegara berdiri sekitar abad ke-5 M di sekitar Bogor dan Bekasi, Jawa Barat. Rajanya yang terkenal bernama Purnawarman, seorang Indonesia.  Fa-Hsien, seorang rahib Buddha dan Gina, menyebutkan adanya kerajaan To-b-mo. Pada tahun 414 M, Fa-Hsien bertolak dan Sailan (atau Ceylon, sekarang Sri Lanka) untuk balik ke Kanton, Cina. Sebelumnya ia bertahun-tahun belajar Buddha di kerajaan-kerajaan Buddhis. Ia sening berziarah ke India. Setelah dua han berlayar, kapalnya diterjang topan. Ta pun terdampar dan mendarat di Ye Po Ti, ejaan Gina bagi kata Jawadwipa, yaitu Pulau Jawa. Diduga, tanah yang ia darati adalah Tarumanagara. Kronik lain yang menyinggung Tarumanagara adalah benita Gina era Dinasti Tang. Sekitar tahun 528-539 dan 666-669 M, datang seorang utusan dan Th-lo-mo ke Gina. Tobomo adalah ucapan lidah orang Gina untuk “taruma”. Sebelum ada pengaruh India, di sekitar Tarumanegara terdapat kerajaanAruteun. Setelah dipengaruhi Hindu, Aruteun pun berganti nama menjadi Tarumanegara. Oleh karena itu, Aruteun atau Ci Aruteun (kata “ci” dalam bahasa Sunda berarti “air” atau “sungai” atau “tanah”)dijadikan pusat pemerintahan Tarumanegara. Pendapat ini  didapat dan kronik Gina abad ke-5
Sejarah kerajaan Tarumanegara yang sumber kerajaan dan Jawa yang pertama mengirim utusan ke Cina adalah Ho-b-tan. Kronik Li-Sung-Shu mengabarkan (430-452 M), utusanHo-bo-tan dan She-po (Jawa) ini berkali-kali datang ke Cina, menjalin persahabatan. Para ahli berpendapat bahwa nama ho-to-tan adalah ucapan lidah Cina untuk “Aruteun”. Nama Ho-to-tan tidak terdengar lagi pada abad ke-6. Sebagai gantinya muncul nama To-b-mo (Tarumanegara) yang utusannya sering berkunjung ke Gina. Pendapat ini bisa benar adanya, karena adanya prasasti di tepi Sungai Ciaruteun (sekitar Bogor) yang mengabarkan adanya Raja Tarumanagara yang memerintah pada abad ke-6 (Purnawarman). Dan naskah Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara (ditulis pada masa Kesultanan Cirebon pada 1680 M) diketahui ada beberapa raja penerus Purnawarman. Pada naskah ini disebutkan nama Suryawarman, raja ke-7 Tarumanagara yang memerintah tahun 535-56 1, yang dilanjutkan oleh Sri Maharaja Kretawarman yang memerintah hingga tahun 628. Disebutkan bahwa Suryawarman menikahkan puterinya, Tirtakancana, dengan Resiguru Manikmaya yang kelakpendiri Kerajaan Kendan yang terletak di Cicalengka, Kabupaten Bandung. Setelah Kretawarman, ada beberapa yang memerintah Tarumanagara. Raja-raja tersebut, yaitu Sudawarman (628-639), Dewamurti (639-640), Nagajayawarman (640-666), Linggawarman (666-669), dan Tarusbawa (669-670 M). Di bawah Tarusbawa, pamor Tarumanegara makin meredup. Pusat Tarumanagara dialihkan ke Pakuan, Bogor, dan berganti nama menjadi Kerajaan Sunda. Kerajaan-kerajaan kecil yang merupakan bawahan Tarumangara, masing-masing mulai memisahkan diri, salah satunya Kendan. Selanjutnya, yang berkuasa di Jawa Barat adalah Kerajaan Sunda di sebelah barat dan Kerajaan Kendan (Galuh) di sebelah timur. Dua kerajaan ini dibatasi oleh Sungai Citarum. Kelak, dua kerajaan ini dipersatukan oleh Sri Baduga Maharaja, menjadi Pajajaran. Menurut keterangan Dinasti Tang, Tarumanegara masih ada hingga abad ke-7. Setelah masa itu, tak ada lagi berita tentangnya. Sangat mungkin, setelah abad ke-7 Tarumanagara dikuasai oleh Sriwijaya dan Sumatera. Bukti-bukti adanya Tarumanagara adalah ditemukannya tujuh buah prasasti, yakni Prasasti Ciaruteun, Kebon Kopi, jambu,. Tugu, Pasir Awi dan Muara Ciaruteun, senta Lebak. Kebanyakan prasasti-prasasti mi berbahasa Sansekerta dan berabjad Pallawa. Pnasasti Ciaruteun ditemukan di muara Sungai Cisadane, memuat informasi tentang Raja Purnawarman, yang diidentikkan sebagai Dewa Wisnu beserta cap kakinya. Prasasti Kebon Kopi ditemukan di Cibungbulang. Prasasti ini.

Wisnu. Sementara itu, Prasasti Jambu ditemukan di Bukit Koleangkak, berisi sanjungan terhadap Purnawarman. Prasasti Tugu ditemukan di Desa Tugu, Cilincing, Jakarta Utara. Prasasti mi menyebutkan tentang penggalian saluran air (kanal) bernama Gomati sepanjang 6.112 tombak (11 km). Penggaliannya dilakukan di tahun pemerintahan ke-22 Purnawarman dan diselesaikan dalam waktu 21 han. Setelah selesai, Purnawarman mengadakan selamatan dengan memberikan hadiah 1000 ekor sapi kepada para brahmana. Prasasti Tugu mi juga menyebutkan penggalian sebuah sungai bernama Candrabaga. Prasasti Pasir Awi dan Muara Ciaruteun ditulis dengan hurufikal dan belum dapat diartikan. Pada Prasasti Lebak, lagi-lagi disebutkan kebesaran Purnawarman. Sumber yang memberikan gambaran jelas mengenai kehidupan politik Tarumanagara, cukup minim. Meski demikian, kronik Fa-Hsien mengisyaratkan bahwa stabilitas politikTarumanagara cukup terjaga. mi tergambar dan perekonomiannya yang stabil, karena maju-tidak nyaperekonomian tergantung pada stabil-tidaknya keamanan wilayah. Kuatnya pemerintahan Tarumanegara terlihat pada proyek saluran Gomati dan Candrabaga. Proyek mi membutuhkan tenaga manusia yang cukup besar. Tak mungkin proyek tersebut berjalan bila pemerintahan tak berwibawa dan tak dihormarti rakyanya. Kekuasaan raja Tarumanegara bersifat mutlak. mi tergambar dan pengagungan Purnawarman sebagai penjelmaan Dewa Wisnu, salah satu dan Trimurti.

PENGARUH HINDU-BUDDHA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA



C. PENGARUH HINDU-BUDDHA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA

Kebudayaan merupakan wujud dan peradaban manusia, sebagai hasil akal-budi manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik primer, sekunder, atau tersier. Wujud kebudayaan mi cukup beragam, mencakup wilavah bahasa, adat-istiadat, seni (rupa, sastra, arsitektur), ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dan setiap kebudayaan yang lebih maju pasti mendominasi kebudayaan yang berada di bawahnya. Begitu pula kebudayaan India yang dengan mudah diterima masvarakat Indonesia.
Pengaruh Hindu-budha dalam kehidupan masyarakat indonesia  terhadap kehidupan masyarakat Indonesia dalam bidang kebudayaan, berbarengan dengandatangnya pengaruh dalam bidang agama itu sendiri. Pengaruh tersebut dapat berwujud fisik dan nonfisik. Hasil kebudayaan pada masa Hindu-Buddha di Indonesia yang berwujud fisik diantarana: arca atau patung, candi (kuil), makara, istana, kitab, stupa, tugu yupa, prasasti, lempengan tembaga, senjata perang,dan lain-lain. Sedangkan peninggalan kebudayaan yang bersifat nonfisik di antaranya: bahasa, upacara keagamaan, seni tan, dan karya sastra. Wilayah India yang cukup banyak memberikan pengaruhnya terhadap Indonesia adalah India Selatan, kawasan yang didiami bangsa Dravida. mi terbukti dan penemuan candi-candi di Ind ia yang hampir menyerupai candi-candi yang ada di Indonesia. Begitu pula jenis aksara yang banyak ditemui pada prasasti di Indonesia, adalah jenis hurufPallawa yang digunakan oleh orang orang India selatan.Meskipun budaya India berpengaruh besar, akan tetapi masya rakat Indonesia tidak serta-merta meniru begitu saja kebudayaan tersebut. Dengan kearifan lokal masyarakat Indonesia, budaya dan India diterima melalui proses penyaringan (filtrasi) yang natural. Bila dirasakan cocok maka elemen budaya tersebut akan diambil
Pengaruh Hindu-budha dalam kehidupan masyarakat indonesia dan dipadukan dengan budaya setempat, dan bila tak cocok maka budaya itu dilepaskan. Proses akulturasi budaya mi dapat dilihat pada model arsitektur, misalnya, punden berundak (budaya asliIndonesia) pada Candi Sukuh di Jawa Tengah; atau pada dinding dinding Candi Prambanan yang memuat relief tentang kisahpewayangan yang memuat tokoh Punakawan; yang dalam relief manapun di India takkan ditemui

          1. Praktjk Peribadatan

                Pengaruh Hindu-Buddha terhadap aktifitas keagarnaan di Indonesia tercermjn hingga kini. Kalian dapat merasakannya kini di Bali, pulau yang mayoritas penduduknya penganut Hindu. Kehidupan sosial, seni, dan budaya mereka cukup kental dipengaruhi tradisi Hindu. Jenazah seseorang yang telah meninggal biasanya dibakar, lalu abunya ditaburkan ke laut agar “bersatu kembali déngan alam. Upacara yang disebut ngaben mi memang tidak diterapkan kepada semua umat Bali-Hindu, hanya orang yang mampu secara ekonomi yang melakukan ritual pembakaran mayat (biasa golongan brahmana, bangsawan, dan pedagang kaya). Selain Bali, masyarakat di kaki Bukit Tengger di Malang, Jawa Timur, pun masih menjalani keyakinan Hindu.
               Pengaruh Hindu-budha dalam kehidupan masyarakat indonesia  Meski sebagian besar masyarakat Indonesia kini bukan penganut Hindu dan Buddha, namun dalam menjalankan praktik keagamaannya masih terdapat unsur-unsur Hindu-Buddha. Bahkan ketika agama Islam dan Kristen makin menguat, pengaruh tersebut tak hilang malah terjaga dan lestari. Beberapa wilayah
yang sebelum kedatangan Islam dikuasi oleh Hindu secara kuat, biasanya tidak mampu dihilangkan begitu saja aspek-aspek dan agama sebelumnya tersebut, melainkan malah agama barulah (Islam dan Kristen) mengadopsi beberapa unsur kepercayaan sebelumnya. Gejala mi terlihat dan munculnya beberapa ritual
yang merupakan perpaduan antara Hindu-Buddha, Islam, bahkan animismedinamisme’Cofltohnya. ritual GerebegMaulud yang Set iap tahun diadakan di Yogyakarta, kepercayaan terhadap kuburan yang mampu memberjkan rejeki dan pertolongan, kepercayaan terhadap roh-roh, kekuatan alam dan benda keramat seperti keris, patung, cincin, atau gunung. Ketika Islam masuk ke Indonesia, kebudayaan Hindu-
Buddha telah cukup kuat dan mustahjl dapat dihilangkan. Yang terjadi kemudian adalah akulturasi antara kedua agama tersebut. Kita bisa melihatnya pada acara kelahiran bayi, tahlilan bagi orang meninggal, dan nadran (ziarah). Acara-acara berperiode seperti tujuh han, empat puluh han, seratus han, tujuh bulanan
merupakan praktik kepercayaan yang tak terdapat dalam ajaran Islam atau Kristen.

              Perbedaan antara unsur-unsur agama yang berbeda dan bahkan cenderung bertolak belakang itu, bukanlah halangan bagi masyarakat Indonesia untuk menerima dan menyerap ajaran agama baru. Melalui keanifan lokal (local genius) masyarakat Indonesia, agama yang asalnya dan luar (Hindu, Buddha, Islam, Kristen) pada akhirnya diterima sebagai sesuatu yang tidak “asing” lagi. Bila unsur agama tersebut dirasakan cocok dan tak menimbulkan pertentangan dalam masyarakat, maka ia akan disaring terlebih dahulu lalu diambil untuk kemudian dipadukan dengan budaya yang lama; dan bila tak cocok maka unsur tersebut akan dibuang. Dengan demikian, yang lahir adalah agama sinkretisme, yaitu perpaduan antardua unsur agama dan kebudayaan yang berbeda sehingga menghasilkan praktik agama dan kebudayaan baru tanpa
mempertentangkan perbedaan tersebut, malah mempertemukan persamaan antar keduanya. Jelaslah, dan dulu bangsa Indonesia telah mengenal keragaman agama dan budaya (pluralisme) tanpa hams bertengkar.

           2. Sistem Pendidikan

          Sriwijaya merupakan kerajaan pertama di Indonesia yang telah menaruh perhatian terhadap dunia pendidikan, khususnya pendidikan Buddha. Aktifitas pendidikan mi diadakan melalui kerjasama dengan kerajaan-kerajaan di India. Hubungan bilateral dalam bidang pendidikan mi dibuktikan melalui Prasasti Nalanda dan catatan I-Tsing.

          Berdasarkan keterangan Prasasti Nalanda yang berada diNalanda, India Selatan, terdapat banyak pelajar dan Sriwijaya yang memperdalam ilmu pengetahuan. Catatan I-Tsing menyebutkan, Sriwijaya merupakan pusat agama Buddha yang cocok sebagai tempat para calon rahib untuk menyiapkan din belajar Buddha dan tata bahasa Sansekerta sebelum berangkat ke India. Di Sriwijaya, menurut I-Tsing, terdapat guru Buddha yang terkenal,yaitu Sakyakerti yang menulis buku undang-undang berjudulHastadandasastra. Buku tersebut oleh I-Tsing dialihbahasakan kedalam bahasa Cina.Selain Sakyakerti, terdapat pula rahib Buddha ternama diSniwijaya, yaitu Wajraboddhi yang berasal dan India Selatan, dan Dharmakerti. Menurut seorang penjelajah Buddha dan Tibet bernama Atica, Dharmakerti memiliki tiga orang murid yang
terpandang, yaitu Canti, Sri Janamitra, dan Ratnakirti. Atica sempat beberapa lama tinggal di Sriwijaya karena ingin menuntut ilmu Buddha. Ketika itu, agarna Buddha kiasik hampir lenyap disebabkan aliran Tantra dan agama Islam mulai berkembang di India, sehingga ia memilih pergi ke Sriwijaya untuk belajar agama. Pada masa berikutnya, hampir di setiap kerajaan terdapat asnama-asrama (mandala) sebagai tempat untuk belajar ilmu keagamaan. Asrama mi biasanya tenletak di sekitar komplek candi. Selain belajar ilmu agama, pana calon rahib dan biksu belajar pula

filsafat, ketatanegaraan, dan kebatinan. Bahkan istilah guru yangdigunakan oleh masyarakat Indonesia sekarang berasal dan bahasa Sansekerta, yang artinya “kaum cendikja”.


             3. Bahasa dan Sistem Aksara

                    Bahasa merupakan unsur budaya yang pertama kali diperkenalkan bangsa India kepada masyarakat Indonesia. Bahasalah yang digunakan untuk menjalin komunikasj dalam proses perdagangan antarkedua pihak, tentunya masih dalam taraflisan. Bahasa yang dipraktikkan pun adalah bahwa Pali, bukan Sansekerta karena kaum pedagang mustahil menggunakan bahasa kitab tersebut. Bahasa Pali atau Pallawa merupakan aksara mrunan dan aksara Brahmi yang dipakai di India selatan dan mengalami kejayaan pada masa Dinasti Pallawa (sekitar Madras, Teluk Benggali) abadke-4 dan 5 Masehi. Aksara Brahmi juga menurunkan aksara-aksara lain di wilayah India, yaitu Gupta, Siddhamatrka, Pranagari, dan Dewanagari. Aksara Pallawa sendiri kemudian menyebar ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dan tertulis pada prasasti-prasastj
berbahasa Melayu Kuno zaman Sriwijaya. Istilahpallawa pertama kali dipakai oleh arkeolog Belanda, N.J. Krom; sarjana lain men yebutnya aksara grant/ia. Praktjk bahasa Sansekerta pertama kali di Indonesia bisa dil acak pada yupa-yupa peninggalan Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Huruf yang dipakai adalah Pallawa. Dikatakan bahwa dikerajaan tersebut terdapat seorang raja bernama Kudungga, memiliki anak yang bernama Aswawarman, dan juga memiliki cucu Mulawarman. Menurut para ahli bahasa, Kudungga dipastikan merupakan nama ash Indonesia, sedangkan Aswawarman dan Mulawarman sudah menggunakan bahasa India. Penggantian nama tersebut biasanya ditandai dengan upacara keagamaan.Pengaruh agama Hindu dalam aspek bahasa akhirnya menjadi formal dengan munculnya bahasa Jawa dan Melayu Kuno serta bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia yang banyak sekahi menyerap bahasa Sansekerta. Beberapa karya sastra Jawa ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dengan cara mengonversikan atau menambahkan (menggubah) karya sastra yang dibuat di India. Selain Sansekerta, bahasa Pali, Tamil, dan Urdu atau Hindus
tani (digunakan di Pakistan dan sebagain India) pun memperkaya i kosakata penduduk Indonesia. Namun, pada perkembangannya Sansekertalah bahasa yang paling berpengaruh dan dipakai hingga kini oleh orang Indonesia. Bahasa Sansekerta merupakan bahasa tulisan. Bahasa mi tertulis dalam prasasti, yupa, kitab suci, kitab undang-undang (hukum), karya sastra. Maka dan kata-katanyadapat lebih abadi dan dipertahankan.
Pengaruh tersebut kemudian dilanjutkan dengan proses penyerapan bunyi. Kadang kita tidak menyadari bahwa bahasa yang kita gunakan tersebut merupakan serapan dan bahasa Sansakerta. Perubahan bunyi pada serapan mi terjadi karena logat dan dialek setiap suku-bangsa berbeda. Makna awalnya pun sebagian
telah mengalami perubahan: ada yang meluas dan ada yang menyempit. Namun,

adapula beberapa kata yang maknanya belum bergeser, contohnya:

  1.  tirta berarti air; eka, dwi, tn berarti satu, dua,
  2. tiga; kala berarti waktu atau bisa juga bencana.

                Kala adalah nama seorang batara/dewa dalam pewayangan yang berwujud fisik raksasa. Ia merupakan perwujudan benih Dewa Siwa (Batara Guru) yang keinginannya ditolak oleh istrinya, Dewi
Uma. Dalam kepercayaan Jawa, Batara Kala mi selalu memangsa manusia untuk dimakan dan
untuk menghindari bencana Batara Kala maka orang harus menyediakan sesajen ruwatan (ngruwat)
untuknya.

Berikut mi kata-kata Indonesia serapan dan kata-kata Sans
ekerta:
  1. sayembara, dan silambara
  2. bentara, dan avantara
  3. harta, dan artha
  4.  istimewa, dan astam eva
  5. durhaka, dan drohaka
  6. gembala, dan gopala
  7. karena, dan karana
  8. bahagia, dan bhagya
  9. manusia, dan manusya
  10.  senantiasa, dan nityasa

(Sumber: menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, KBB1)

               Mengenai perkembangan aksara, di Indonesia terdapat beberapa jenis aksara yang merupakan turunan dan aksara Pallawa. Di Jawa ada aksara Kawi, aksara Kawi mi pada perkembangan selanjutnya menurunkan aksara Hanacaraka atau Ajisaka yang digunakan untuk bahasa Jawa, Sunda, dan Bali. Adapula prasasti zaman Mataram di Jawa Tengah bagian selatan yang menggunakan aksara Pranagari yang umurnya lebih tua dan aksara Dewanagari. Sementara itu, di wilayah Sumatera Utara (dengan dialek Toba, Daini, Karo, Mandailing, dan Simalungun) ada aksara Batak, sedangkan di daerah Kerinci, Lampung, Pasemah, Serawai, dan Rejang terdapat aksara Rencong. Sementara itu, di daerah Sulawesi bagian selatan ada aksara Bugis dan Makassar. Dan perkembangan aksara-aksara turunan Pallawa, kita dapat memperkirakan wilayah
mana saja di Indonesia yang pengaruh budaya Indianya lebih kental, yakni Jawa, Sumatera, dan sebagian Sulawesi. Sedangkan daerah-daerah lainnya di Indonesia tak begitu dipengaruhi budaya
India, bahkan ada daerah yang sama sekali tak tersentuh budaya Hindu-Buddhanya. Mengenai aksara Hanacaraka, terdapat sebuah legenda yang berkaitan dengan nama Ajisaka. Ajisaka merupakan cerita rakyat yang berkembang secara lisan, terutama hidup di masyarakat Jawa dan Bali. Tokoh, Ajisaka, berkaitan dengan bangsa Saka dan India barat laut. Sebagian masyarakat Jawa percaya bahwa Ajisaka
dahulu pernah hidup di Jawa dan berasal dan India. Mereka juga percaya bahwa Ajisakalah yang menciptakan aksara Jawa dan kalender Saka.

              4. Seni Arsitektur dan Teknologi
Sebelum unsur-unsur Hindu-Buddha masuk, masyarakat Indones ia telah mengenal teknologi membuat bangunan dan batu pada masa Megalitikum. Mereka telah pandai membangun menhir, sarkofagus, peti (kuburan) kubur, patung sederhana, dan bendan

INFO SEJARAH

               Alkisah, Ajisaka datang dan negeri Atas Angin ke Jawa, yang ketika itu Jawa tengah dikuasai raksas a buas bernama Dewatacengkar. Tiap haniia minta disédiakan seorang pemuda untuk disantap. Ketika semua pemuda telah habis disantap, datanglah Ajisaka bersama dua orang pengiringnya. Setelah mendengar keluhan rakyat, Ajisaka bersedia dijadikan santapan raksasa Dewatacengkar. Sebelum berangkat menemui sang raksasa, Ajisaka menyimpan keris pusakanya di suatu tempat dan menyuruh salah seorang pengikutnya untuk menjaga keris tersebut. Ta berpesan agar tak seorang pun boleh mengambil keris tersebut, kecuali Ajisaka sendiri. Kepada Dewatacengkar,

              Ajisaka bersedia menjadi santapan asal raksasa tersebut mau menghadiahi Ajisaka tanah selebarikat kepala yang dipakainya. Setelah raksasa menyanggupi, Ajisaka melepaskan ikat kepalanya lalu meletakkannya di atas tanah. Tak diduga, ikat kepala itu ternyata melebar dan terus melebar sehingga Dewatacengkar harus menyingkir dan terus mundur ke selatan hingga jatuh ke jurang di pantal selatan Jawa. Raja raksasa itu pun mati, Ajisaka kemudian menjadi raja. Setelah menjadi raja, Ajisaka teringat akan kerisnya, lalu ia mengutus salah seorang pengin ingnya untuk mengambil keris. Setelah sampai di tempat penyimpanan keris, si pen jaga, men olak menyerahkan keris karena telah berjanji bahwa Ajisakalah yang boleh mengambil, bukan pengiringnya. Terjadilah perkelahian antara dua pengiring Ajisaka tersebut hingga keduanya tewas. Mereka mati dalam rangka yang sama: menuruti perintah majikannya. Tragedi itu memb uat Ajisaka bersedih. Untuk memperingati dan mengenang kedua pengiring setianya itu, ia menciptakan 20 buah aksara, yang kini dikenal sebagai hurufJawa, yaitu: ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, Wa, la, pa, dha, ja, ya, nya, ma, ga, ba, tha, nga. Bila dibaca beruturan maka akan terbentuk k1imat yang artinya: ada utusan (hana caraka), terjadi perselisihan (data sawala), sama sama sakti

Sumber: Indonesian Heritage 10


Labels