Daftar isi

Monday, 4 August 2014

CONTOH KARYA TULIS ILMIAH PENDEKATAN KONTESTUAL DALAM PEMBELAJARAN SENI DI SMA 2 BANTAENG OLEH:SATRIAWAN



CONTOH KARYA TULIS ILMIAH PENDEKATAN KONTESTUAL DALAM PEMBELAJARAN SENI DI SMA 2 BANTAENG  OLEH:SATRIAWAN


PENDAHULUAN

Salah satu realisasi Rintisan Sekolah Berstandar Internasional, SMA Negeri 1 Kebomas yaitu telah mengadakan program pertukaran pelajar (Student Exchange Program) dengan beberapa sekolah. Antara lain negara Jepang,Malaysia,Singapura dan Korea Selatan.
Pada saat pertukaran pelajar dengan Woonam Middle School 1056, Woonam-dong Buk-gu Gwangju South Korea (setingkat dengan SMP di korea namun usianya setara dengan siswa SMA di Indonesia) ,dimana mereka mengadakan kunjungan balasan ke Indonesia (SMA N 1 Kebomas) pada tanggal 27 januari 2009 sampai dengan 4 pebruari 2009 , maka berlangsunglah proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Kebomas termasuk mata pelajaran seni budaya.
Kompetensi Dasar yang di sampaikan pada mata pelajaran seni budaya sesuai dengan kalender pendidikan adalah Standar Kompetensi :4.mengekspresikan diri melalui karya seni musik, Kompetensi Dasar: 4.3. menggelar pertunjukan musik tradisional dan non tradisional di sekolah. Pembelajaran ini untuk kelas X pada semester genap. Materi pokok yaitu Musik Tradisional Nusantara.
Berdasarkan kompetensi dasar tersebut di atas maka guru menyampaikan materi pelajaran bermain musik gamelan . Disini guru (penulis) mengalami kesulitan yaitu bagaimana cara mengajarkan musik gamelan kepada siswa Woonam Midle School 1056 Korea Selatan tersebut. Hal ini karena siswa tersebut secara kultur belum pernah mendengar nada atau laras pelog atau slendro pada musik gamelan sehingga asing ditelinga mereka.
Ketika diadakan tes awal ternyata tingkat berekspresi seni musik gamelan siswa Korea Selatan yang berjumlah 12 siswa masih sangat rendah. Hal ini ditunjukkan bahwa 75 % siswa Korea Selatan tersebut tidak mampu mendapatkan nilai 75 sebagai batas ketuntasan pada KKM yang telah ditentukan . Fakta seperti ini diduga disebabkan karena siswa dari korea tersebut masih terasa asing mendengar musik gamelan sehingga proses pembelajaran terasa kering,tidak menyenangkan dan membosankan bagi siswa tersebut. Hal ini diperkuat dengan pendapat Bahruddin (Kompas 2005:9), ” bila proses pembelajaran tidak bisa memberi rasa nyaman , maka keberhasilan anak untuk belajar sudah terkurangi 50 %.”
Berdasarkan masalah tersebut di atas dalam proses pembelajaran di SMA khususnya siswa dari Korea Selatan tersebut perlu memperhatikan unsur tingkat perkembangan jiwa anak remaja yang diantaranya memiliki karakteristik yaitu mulai berpikir realistis,mencoba untuk menemukan identitas dirinya (mempertahankan identitas budaya setempat dan menolak budaya asing). Dalam hal ini perlu penjelasan lebih intensif . Studi etnografi dapat digunakan sebagai suatu peluang untuk mengungkap kearifan lokal. Pada otonomi kebudayaan ,”perberbedaan ” menghasilkan ”keunikan” , dan keunikan harus dihormati sebagai ”kearifan lokal” sebagai identitas budaya.(Dialog Budaya Jawa Timur ,Pinky 2009 : 8) Dengan memperhatikan hal tersebut ,maka pembelajaran diciptakan dalam suasana menyenangkan dan secara kontekstual.
Dalam pembelajaran kontekstual guru berusaha menghubungkan materi pelajaran yang disampaikan dengan situasi nyata sehingga siswa termotivasi untuk menghubungkan pengetahuan yang mereka peroleh dengan kehidupan nyata (kenyataan seni budaya /seni gamelan di Indonesia). Sehingga siswa dihadapkan situasi untuk memecahkan masalahnya secara nyata. Karena dalam proses memecahkan masalah tersebut dilakukan siswa sendiri maka secara psikologis perasaan siswa merasa senang dan tidak terbebani dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Hal ini dapat diperoleh dengan suasana pembelajaran yang kreatif,aktif , inovatif dan menyenangkan maka proses pembelajaran hendaknya dibangun dalam suasana kegembiraan.
Mengajar dihadapan siswa luar negeri bagi penulis merupakan pengalaman pertama,sehingga perlu strategi yang beda dengan siswa lokal , hal ini karena faktor perbedaan budaya dan kebiasaan . Kemudian bagaimana cara untuk mengatasi hal itu semuanya ?, maka dalam pembelajaran kompetensi dasar 4.3 menggelar seni musik tradisional dan non tradisional di sekolah, penulis berinisiatif mengkolaborasikan proses apresiasi musik gamelan sebagai bahan untuk mengekspresikan diri dalam bermain musik gamelan dengan strategi yang penulis sebut ” STRAP LANTUNLANMA Hal ini tampak ada kesesuaian dan relevansi dengan konsep pendekatan contextual teaching and learning , karena dengan STRAP LANTUNLANMA banyak memberikan hal bagi siswa antara lain dengan apresiasi gamelan ,siswa akan memperoleh pengalaman musikal dari hasil pengamatan terhadap pertunjukan musik gamelan (proses apresiasi) , berlatih kerjasama antar teman dalam satu group/kelompok, dan memupuk nilai-nilai demokratis atau saling menghargai yaitu menghargai budaya musik gamelan.
Permasalahan dalam karya tulis ini adalah : (1). Bagaimana cara mengajarkan musik gamelan dengan STRAP LANTUNLANMA kepada siswa Woonam Middle School 1056 , Woonam-dong Buk-gu Gwangju South Korea. (2). Apakah pembelajaran musik gamelan dengan strategi apresiasi lancenglanma dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menguasai kompetensi dasar pembelajaran menggelar pertunjukan musik tradisional (gamelan) pada siswa Woonam Middle School 1056 , Woonam-dong Buk-gu Gwangju South Korea.
Dengan memperhatikan permasalahan tersebut di atas , penulis bertujuan : (1). Ingin mengetahui Apakah pembelajaran musik gamelan dengan STRAP LANTUNLANMA dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menguasai kompetensi dasar 4.3. menggelar pertunjukan musik tradisional (gamelan) pada siswa Woonam Middle School 1056 , Woonam-dong Buk-gu Gwangju South Korea. (2). Ingin mengetahui apakah pembelajaran dengan STRAP LANTUNLANMA dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan menarik minat pada pembelajaran musik gamelan bagi siswa Woonam Middle Scool 1056 South Korea.
Sedangkan manfaatnya adalah : (1). Bermanfaat untuk meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa (merangsang kerja otak sebelah kanan) dalam rangka menumbuhkan sikap toleransi terhadap pluralisme budaya antar bangsa. (2). Mempopularitaskan atau mengenalkan budaya musik gamelan ke dunia intrenasional khususnya negara Korea Selatan.(3). Dapat dijadikan rujukan dalam pembelajaran musik pada umumnya dan gamelan pada khususnya. (4).menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.
Landasan teori yang dipakai penulis yaitu dengan memperhatikan sifat dasar anak / siswa bahwa memiliki sifat bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain seperti yang diungkapkan dalam semiloka.(Imam Robandi 2008:1). Maka dalam proses pembelajaran musik gamelan adalah kegiatan bermain sambil belajar , artinya bahwa dalam bermain gamelan tersebut tanpa disadari terdapat proses belajar, atau siswa musik gamelan dengan rasa senang karena mereka merasa seperti bermain-main saja ,padahal mereka sedang proses belajar.
Sebelum bermain musik gamelan , siswa Middle school Korea Selatan tersebut diajak mengapresiasi musik gamelan dari tampilan siswa SMA N 1 Kebomas , dengan tujuan agar mereka dapat melihat dan mendengar langsung (contextual learning) tampilan tersebut sehingga dapat menikmati dan memberikan penghargaan serta memahami seni gamelan tersebut.(Panduan Pengembangan Silabus Seni Budaya,Dirjen Dikdasmen, 2006 :21). Hal ini dipandang perlu karena siswa Midle School Korea Selatan tersebut secara kultur tidak pernah melihat dan mendengar musik gamelan, dengan proses apresiasi tersebut mereka akan tidak merasa asing lagi karena terbiasa mendengarkan. Seperti peribahasa mengatakan ” tak kenal maka tak sayang ” identik dengan ” witing trisna jalaran saka kulina”.
Strategi yang di rancang oleh penulis yaitu diberi nama ” STRAP LANTUNLANMA ” adalah gabungan singkatan beberapa kata kemudian digabung yaitu: STRAP : strategi apresiasi, lan: berjalan,tun: menuntun,lanma : berjalan bersama (kekompakan). Maksudnya adalah sebagai berikut. (1). Berjalan:artinya bahwa musik yang paling dominan adalah melodi, maka semua siswa harus menguasai bagaimana memainkan melodi tersebut secara benar dan enak didengarkan. Jika melodi telah dapat dimainkan maka permainan musik gamelan tersebut telah dapat berjalan. Mengapa dikatakan berjalan karena memainkan melodi adalah membaca notasi dengan alat musik dan membaca notasi musik diibaratkan orang melangkah dari notasi satu ke notasi yang lain. Jika dalam memainkan melodi tersebut lancar maka diibaratkan orang yang telah dapat berjalan dengan lancar. (2). Menuntun : artinya bahwa ketika melodi sedang berjalan maka saat itu juga melodi menuntun ritmis dan harmonis / akor . Karena posisi ritmis dan harmonis / akor sedang dituntun maka kecepatan atau tempo ritmis harus menyesuaikan dengan kecepatan yang menuntun yaitu melodi. Jika antara melodi,harmonis dan ritmis telah berjalan menjadi sebuah musik, agar tidak munutun atau supaya terdengar dinamis maka melodi diberi hak berimprofisasi tanpa mengganggu perjalanan ritmis dan harmonis. (3). Berjalan bersama yaitu ketika melodi,harmonis dan ritmis telah saling mengerti dan dapat menjalankan tugas masing-masing maka berati mereka telah dapat berjalan bersama (kompak). Berarti musik gamelan tersebut telah dapat dinikmati suaranya.
Sedangkan langkah-langkah pembelajaran musik gamelan dengan STRAP LANTUNLANMA yang di laksanakan penulis terhadap siswa Woonam middle school menggunakan lima tahapan sebagai berikut : (1). Apresiasi yaitu untuk memberi motivasi kepada siswa , agar tertarik pada musik gamelan dengan melalui proses apresiasi yaitu siswa diajak melihat (menonton) tampilan musik gamelan siswa SMA Negeri 1 Kebomas supaya melihat secara nyata / langsung (contextual) bagaimana cara bermain dan menikmati suara gamelan tersebut, sehingga mereka berminat untuk bermain musik gamelan. (2). Berjalan yaitu membaca notasi (angka) baik laras pelog maupun laras slendro (pentatonis) sampai lancar (berjalan). Didalam membaca notasi tersebut tidak dengan suara mulut (vokal) tetapi dengan alat musik gamelan , antara lain yaitu: (peking,saron,demung,gender,slenthem,gambang). Ke dua belas siswa tersebut secara bersama memainkan melodi . (3). Menuntun yaitu setelah melodi dimainkan berjalan lancar maka berkewajiban menuntun ritmis maupun harmonis dengan cara ketika melodi sedang berjalan maka ritmis secara periodik sesuai tempo / ketukan maka masuk dalam permainan musik gamelan berjalan mengikuti arah melodi berjalan. Jadi disini jumlah siswa dibagi tiga kelompok terdiri dari kelompok melodi ada enam siswa yang memainkan peking,saron,demung,gender,slenthem,gambang,sedangkan kelompok ritmis ada empat siswa memainkan alat musik gong,kempul,kenong, dan ketuk-kempyang. Kelompok harmonis ada dua siswa untuk memainkan bonang barung dan bonang penerus. (4). Jalan bersama (kompak) yaitu melodi,ritmis dan harmonis dimainkan sesuai ketukan dan tugas masing-masing serta melodi memiliki ruang untuk berimprofisasi sehingga menjadi musik ansamble gamelan yang enak, rancak,harmonis untuk didengarkan maka permainan gamelan tersebut dikatakan berjalan bersama (kompak). Disini sudah tidak ada pembeda antara yang menuntun dan dituntun, yang ada adalah kekompakan untuk memperoleh keindahan suara gamelan.(5). Menggelar pertunjukan musik tradisional dan non tradisional di sekolah. Tahap ini adalah tahap terakhir untuk mencapai target sesuai dengan kompetensi dasar yang diharapkan

METODOLOGI

Jenis penelitian yang digunakan penulis yaitu dengan penelitian tindakan kelas (PTK) untuk mengungkapkan kompetensi dasar menggelar pertunjukan musik tradisional di sekolah melalui strategi apresiasi lantunlanma.
Subyek penelitian atau unit analisis adalah 12 siswa Woonam Middle School 1056 , Woonam-dong Buk-gu Gwangju South Korea yang sedang mengikuti program pertukaran pelajar tahun pelajaran 2008-2009 di SMA N 1 kebomas .
Sedangkan variable yang ingin diungkap dalam penelitian ini yaitu: (1). Variable kemampuan menggelar pertunjukan / memainkan musik gamelan pada siswa dan (2). Variable STRAP LANTUNLANMA pada pembelajaran musik gamelan.
Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdapat kegiatan perencanaan,tindakan,observasi dan refleksi.
Untuk pengambilan data kualitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik observasi , wawancara dan instrumen angket. Sedangkan untuk data kuantitatif menggunakan hasil penilaian ulangan praktek pada ranah psikomotor.
Analisis data kuantitatif diperoleh dari penilaian ulangan praktek (ranah psikomotor) yang dilakukan dua kali penilaian terhadap materi pembelajaran menggelar pertunjukan musik tradisional di sekolah pada siklus satu dan siklus dua . sedangkan untuk analisis data kualitatif diperoleh dari kegiatan pengamatan ,wawancara dan angket .
Peneliti dan pengamat melakukan obrevasi bertujuan untuk memperoleh informasi secara langsung sebagai data primer dalam mengungkap secara obyektif kondisi proses pembelajaran dan mengamati sikap (afektif) siswa saat tindakan penelitian dilakukan. Kegiatan wawancara dan angket untuk mengungkap tanggapan umpan balik siswa terhadap aktifitas tindakan selama proses pembelajaran dan sebagai bahan refleksi untuk menyusun rencana pada siklus berikutnya.


PEMBAHASAN

Didalam pembahasan ini penulis membahas hasil penelitian yang diperoleh dari tindakan pada siklus satu dan siklus dua. Hasil penelitian berupa hasil penilaian ulangan praktek (psikomotor) dan afektif , sedangkan ranah koknitif tidak dinilai secara tersendiri akan tetapi sudah tergabung masuk pada ranah psikomotor. Hal ini sesuai dengan kurikulum KTSP SMA sehingga pada nilai rapot hanya tertera psikomotor dan afektif . Peneliti menggunakan hasil penilaian ranah pskomotor untuk keperluan analisis data kuantitatif. Sedangkan hasil wawancara,observasi dan angket untuk keperluan analisis data kualitatif.
Dalam pertemuan pertama diadakan tes awal terhadap 12 siswa Woonam Middle School Korea selatan dengan cara siswa diberi tugas untuk memainkan musik gamelan dengan lagu gambang suling. Perlu diketahui bahwa ketika 12 siswa SMA N 1 Kebomas melaksanakan program pertukaran pelajar ke Woonam Middle School 1056 , Woonam-dong Buk-gu Gwangju South Korea pada tanggal 17 s/d 24 desember 2008, disana mereka (12 siswa Woonam Middle School Korea Selatan dan 12 siswa SMA N 1 Kebomas belajar bersama menyanyikan lagu gambang suling ciptaan Ki Nartosabdo). Jadi mereka sudah dapat menyanyikan lagu gambang suling dengan kata lain sudah mengenal notasi dan lirik lagu gambang suling.
Ternyata dari hasil tes awal tersebut diatas hasilnya mengecewakan karena dari 12 siswa woonam Middle School ada 9 tidak bisa memainkan musik dengan benar dan lancar. Berikut tabel hasil tes awal.
Tabel 1. Hasil nilai praktek (psikomotor)Tes awal
Nilai Jumlah anak persentase Tuntas Belum tuntas



Berdasarkan hasil tes awal pada tabel 1 maka dapat diketahui bahwa dari 12 siswa Woonam Middle School Korea Selatan tahun 2008-2009 , terdapat 9 siswa atau 75 % siswa belum mencapai batas ketuntasan sesuai KKM yaitu 75, artinya bahwa siswa tersebut belum mencapai kompetensi dasar 4.3 memainkan (menggelar) musik gamelan di sekolah. Sedangkan siswa yang telah mencapai ketuntasan di atas KKM 75 hanya sejumlah 3 anak atau 25 %.
Penilaian pada ranah psikomotor yang digunakan penulis bahwa membunyikan 1 (satu) notasi dengan benar nilainya satu. Pada lagu gambang suling ada 100 (seratus) notasi terdiri dari 20 notasi intro dan 80 notasi lagu sesuai lirik (notasi inti) termasuk tanda diam.
Setelah selesai pembelajaran tahap awal peneliti menanyakan kepada semua siswa baik yang tuntas maupun yang tidak tuntas. Siswa yang tuntas mengatakan bahwa mereka hafal lagu gambang suling sejak proses pembelajar di Korea pada saat siswa SMA Negeri 1 Kebomas ke Woonam Middle School beberapa waktu yang lalu. Selain itu siswa senang mendengar musik gamelan dan berminat untuk bermain. Sedangkan siswa yang belum tuntas mengatakan walaupun mereka hafal lagu gambang suling tetapi perasaan dan telinganya merasa aneh mendengarkan musik gamelan sehingga tidak berminat .
Berdasarkan informasi hasil wawancara dan observasi terhadap siswa tersebut maka penulis melakukan refleksi , kemudian menyusun rancangan untuk melakukan tindakan pada siklus 1.
Tindakan siklus 1 yang dilakukan penulis adalah tahap strategi apresiasi yaitu dengan cara mengajak siswa Woonam Middle School untuk melihat / menonton permainan musik gamelan yang ditunjukkan oleh siswa SMA Negeri 1 Kebomas kelas X semester genap tahun 2008-2009 sebagai bahan untuk apresiasi. Tujuan apresiasi ini agar siswa Woonam Middle School dapat menikmati, menghargai dan memahami keindahan suara gamelan. Dengan demikian akan muncul minat bermain musik gamelan, khususnya sembilan siswa yang belum tuntas. Setelah proses apresiasi dengan durasi 30 menit yang memuat 15 kali memainkan lagu gambang suling, kemudian dilanjutkan proses lan yaitu permainan musik gamelan oleh kelompok melodi , targetnya adalah siswa lancar (berjalan) dalam memainkan musik gamelan kelompok melodi tersebut . Dari hasil penilaian permainan gamelan kelompok melodi maka dapat diperoleh nilai pada tabel 2.

Berdasarkan tabel 2. Maka siswa yang tuntas 100 % yaitu 12 siswa atau semua siswa , artinya bahwa siswa dalam memainkan musik gamelan dengan kelompok melodi pada lagu gambang suling telah tuntas atau lancar (berjalan). Namun walaupun demikian masih ada kesalahan antara 10-19 notasi dalam lima putaran lagu sejumlah 5 siswa dan kesalahan sekitar 20- 25 notasi dalam lima putaran lagu sejumlah 4 siswa, pengolahan nilai tersebut di atas adalah merupakan hasil rata-rata dari tes praktek memainkan musik gamelan sejumlah 5 (lima) kali putaran , yaitu jumlah total nilai 5 putaran lagu gambang suling dibagi 5.
Selama proses tindakan kelas pada siklus 1 penulis mengadakan pengamatan yang mencakup : kehadiran,aktifitas bermain,kesungguhan berlatih,kekompakan, penghargaan /apresiasi seni. Kemudian setelah pelaksanaan tindakan pada siklus 1 , penulis menanyakan hambatan dan kesulitan pada permainan gamelan kelompok melodi. Secara umum mereka tidak menemukan kesulitan, bahkan mereka ingin segera dapat memainkan gamelan kelompok ritmis dan harmonis , karena mereka merasa sudah lancar (berjalan) memainkan melodi.
Berdasarkan informasi hasil wawancara dan observasi terhadap siswa pada siklus 1 tersebut maka penulis melakukan refleksi ,ternyata setelah dilaksanakan proses apresiasi sejumlah 10 putaran lagu gambang suling , 9 siswa sudah merasa tidak asing lagi terhadap musik gamelan dan mulai ada ketertarikan atau muncul minat untuk memainkan gamelan. Terbukti pada siklus 1 (satu), sudah tuntas semua dalam bermain musik gamelan walaupun masih ada kesalahan. Kemudian penulis menyusun rancangan untuk tindakan pada siklus 2.
Tindakan yang dilakukan penulis pada siklus 2 adalah melaksanakan proses tun yaitu menuntun pemain kelompok ritmis dan harmonis. Kemudian diteruskan proses lanma yaitu jalan bersama.
Dalam proses ”tun” yang menuntun adalah kelompok melodi. pada tahap menuntun ini pertama memilih 6 (enam) siswa yang lancar dalam memainkan melodi , mereka diberi tugas untuk memainkan melodi lagu gambang suling. Alat musik yang dimainkan antara lain : peking,saron,demung,gender,slenthem dan gambang. Mereka memainkan musik dengan lagu gambang suling 10 (sepuluh) putaran tanpa henti. Kelompok ini disebut kelompok yang menuntun. Langkah berikutnya adalah membentuk kelompok ritmis sejumlah 4 (empat) siswa untuk memainkan alat musik antara lain : gong , kenong, kethuk kempyang dan kempul. Kelompok ini disebut kelompok yang dituntun. Mereka akan dituntun kelompok melodi yaitu ketika melodi bermain (berjalan) dengan lagu gambang suling , maka ritmis masuk (mulai memainkan) mengikuti ketukan dan tempo sesuai jalannya melodi. Proses masuknya ritmis atau mulainya mengikuti melodi tidak langsung sesuai ada beberapa kesalahan dan diulang beberapa kali pada putaran lagu berikutnya, begitu juga kelompok harmonis yang sejumlah 2 siswa untuk memainkan bonang barung dan bonang penerus. Proses masuknya harmonis kedalam arus musik gamelan dengan lagu gambang suling relatif sama dengan kelompok ritmis hanya beda ketukan. Perbedaan hanya pada intensitas ketukan, yaitu satu ketukan ritmis berbunyi setelah ada 4 ketukan melodi, sedangkan satu ketukan harmonis berbunyi sama dengan satu ketukan melodi dibunyikan bergantian.
Pembangian anggota kelompok ritmis dan harmonis tersebut di atas tidak ditentukan oleh guru akan tetapi ditentukan oleh mereka sendiri atas hasil musyawarah antar siswa. Hal ini dimaksud agar siswa merasa lebih bebas atau tidak merasa tertekan dalam memainkan musik gamelan, sehingga mereka akan merasa lebih leluasa dalam bermain dan akan memberi efek rasa bertanggung jawab terhadap penguasaan alat musik yang mereka pengang atau yang mereka mainkan karena sesuai dengan pilihsnnya sendiri. Bahkan dalam proses menuntun terjadi pergantian pemain atau pertukaran pemegang alat musik gamelan atas kesepakatan antar siswa yang bersangkutan. Hal ini terjadi karena ketidak cocokan (kurang selera) terhadap alat musik gamelan yang dipegang walaupun pada awalnya mereka yang memilih sendiri.
Sedangkan target yang ingin dicapai pada proses tun (menuntun) adalah pihak yang dituntun yaitu kelompok ritmis dan harmonis dapat berjalan (memainkan musik dengan lancar) sesuai tempo dan ketukan yang dimainkan oleh kelompok melodi (pihak yang menuntun). Setelah bermain beberapa putaran dan dirasakan musik kelompok ritmis dan harmonis dapat jalan bersama ( lanma) dengan lancar sesuai dengan tempo melodi ,maka penulis baru mengadakan penilaian pada lima putaran terakhir pada lagu gambang suling . Hasil penilaian tersebut dapat dilihat seperti pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil nilai praktek (psikomotor) siklus 2


Berdasarkan hasil perolehan nilai pada siklus 2 pada tabel 3 maka diketahui 12 siswa tuntas semua dengan nilai sangat memuaskan yaitu dengan nilai 91 ke atas. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa tidak ada kesalahan dalam bermain gamelan dengan lagu gambang suling lima putaran terakhir, walaupun pada proses menuntun ada kesalahan sedikit dan dapat diatasi dengan penyesuaian atau penyelarasan melalui latihan bermain gambang suling sampai lebih dari 10 (sepuluh) putaran . Hal ini dikarenakan adanya saling pengertian sehingga terbangun kekompakan baik kelompok yang menuntun maupun yang dituntun.
Selama proses tindakan siklus 2 penulis mengadakan pengamatan yang mencakup : kehadiran, aktifitas bermain, kesungguhan berlatih, kekompakan, penghargaan /apresiasi seni. Tampak mereka bermain dengan sungguh sungguh dan penuh kegembiraan terkesan begitu menikmati serta tanpa beban.
Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus 2 , penulis menanyakan , mengapa dalam bermain musik gamelan pada lima putaran terakhir tidak ada kesalahan sama sekali. Mereka menjawab bahwa setelah proses penuntunan ada perasaan menyatu antara yang menuntun dan dituntun. Sehingga terjadi kekompakan. Selain itu mereka menjawab bahwa ketika musik mulai kompak (berjalan bersama) mereka dapat menikmati dan muncul rasa puas . Serta terungkap bahwa secara psikologis ingin tampil bagus dihadapan siswa SMA Negeri 1 Kebomas pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus 2 (dua) ,pengamatan dan wawancara maka penulis melakukan refleksi, bahwa dengan pelaksanaan STRAP LANTUNLANMA ” pada pembelajaran musik gamelan pada siswa Woonam Middle School Korea Selatan dapat mencapai ketuntasan 100 % dari KKM yang ditentukan dengan nilai sangat memuaskan. Berarti siswa dapat menggelar pertunjukan musik tradisional atau (memainkan) musik gamelan sesuai Kompetensi Dasar (KD 4.3) dan dapat mengekspresikan diri melalui karya seni musik tradisional (gamelan) sesuai dengan harapan standar kompetensi (SK.4).
Sedangkan hasil angket yang dijaring melalui angket yang dibagikan kepada 12 siswa Woonam Middle Shool Korea Selatan pada akhir siklus 2 , sejumlah 11 siswa atau 91,66 % sangat setuju bahwa proses pembelajaran dengan strategi ”apresiasi lantunlanma ”untuk pembelajaran musik gamelan yang bagi mereka masih sangat asing, dengan alasan sangat cocok, menarik,menyenangkan , mudah dipahami dan hanya 1 siswa atau 8,3 % menyatakan setuju saja serta tidak ada siswa yang menyatakan tidak setuju atau tidak tahu.
Ada pernyataan yang menarik diluar konteks pertanyaan , bahwa satu siswa yang bernama Jeong Jang-hoen menyatakan ketertarikannya pada gamelan dan ingin tinggal di Indonesia lebih lama , maka dia bercita-cita ingin jadi diplomat di Indonesia.




KESIMPULAN

Dengan memperhatikan hasil analisis dan pembahasan tersebut diatas maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. STRAP LANTUNLANMA dalam pembelajaran musik gamelan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menguasai kompetensi dasar 4.3 menggelar pertunjukan (memainkan) musik tradisional (gamelan) pada siswa Woonam Middle School 1056,Woonam – dong Buk-gu Gwangju South Korea.
2. pembelajaran dengan STRAP LANTUNLANMA dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan menarik minat pada pembelajaran musik gamelan bagi siswa Woonam Middle Scool 1056 Woonam – dong Buk-gu Gwangju South Korea.


DAFTAR PUSTAKA


Depdiknas,Dirjen Dikdasmen. 2006 .Panduan Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Seni Budaya. Jakarta : Dirjen Dikdasmen

Pinky . 2009 Dialog Budaya Jawa Timur 2009 . Surabaya : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur

Robandi,Imam .28 Januari 2008. Metode Pembelajaran Inovatif dalam Semiloka Sehari . Surabaya : Jawa Pos

Susilo. 2007. Penelitian Tindakan Kelas . Yogyakarta : Pustaka Book Publisher
























DAFTAR PERTANYAAN DALAM WAWANCARA SETELAH SIKLUS 2

1. mengapa kamu dalam bermain musik gamelan pada lima putaran terakhir tidak ada kesalahan ?
2. mengapa kamu kompak dalam bermain musik gamelan baik dari kelompok melodi,harmonis dan ritmis ?
3. apakah kamu merasa senang dalam memainkan musik gamelan ?
4. alasan apa yang membuat kamu merasa senang berminat belajar memainkan musik gamelan ?





























FOMAT ANGKET UNTUK SISWA WOONAM MIDLE SCHOOL 1056

Nama : ……………………………..
Alat Musik Yang dipegang :...........................................
Tugas : isilah dengan tanda contreng ( V ) pada kolom frekwensi sesuai kenyataan yang kalian alami /rasakan terhadap pernyataan dibawah ini.

Pertanyaan Menurutmu bagaimana tentang pembelajaran gamelan ini dengan strategi apresiasi lantunlanma yang baru saja kita laksanakan ?

no Pendapat Tingkat persetujuan Jumlah
SS S RG TS STS
1
2
3
4
5 Sangat cocok
Menarik
Mudah dipahami
Menyenangkan
Berkelanjutan
Jumlah
Persentase














LEMBAR PENGAMATAN
Mata Pelajaran : Seni Budaya (seni Musik)
Kompetensi Dasar : Menggelar (memainkan) musik tradisional (gamelan) di sekolah
Nama : Jeong Jang-heon

No Penilaian A B C D E Skor
1 Kehadiran V 5
2 Aktifitas V 4
3 Kesungguhan V 5
4 kekompakan V 5
Jumlah 19

Jumlah skor
Keterangan Nilai = -------------------------------------- X100
Jumlah skor maksimal

Skor :
A= Sangat Baik
B= Baik
C= Cukup
D= Kurang Baik
E= Sangat Kurang




Pengamat

No comments:

Post a Comment

Labels