Daftar isi

Monday, 4 August 2014

SEJARAH KERAJAAN SRIWIJAYA DAN SILSILAH RAJA - RAJA KERAJAAN SRIWIJAYA



A. SEJARAH KERAJAAN SRIWIJAYA

           Informasi tentang Sriwijaya diperoleh dan beberapa sumber, baik dalam negeri maupun luar negeri.  
       Sumber-sumber lokal yang memberikan informasi tentang Sriwijaya mi kebanyakan berupa batu tulis ata prasasti, di antaranya
A.    Prasasti Kedukan Bukit (683)
B.     Talang Tuo (684),
C.     Kota Kapur (686)
D.    Telaga Batu (683)
E.     dan Karang Berahi
 Sedangkan sumber luar negeri terdiri dari
A.    Prasasti Ligor(775) di Malaysia
B.     , Prasasti Nalanda (860) di India
C.     dan berita- berita pendeta I- Tsing dan Cina.

Prasasti Kedukan Bukit menyatakan bahwa Dapunta Hyang mengadakan perjalanan suci (sidhayarta) dengan perahu dan membawa 2.000 orang. Dalam perjalanan tersebut, ia berhasil menaklukkan beberapa daerah. Prasasti Talang Tuwo menyatakan pembuatan taman bernama Sriksetra yang oleh Dapunta Hyang untuk kemakmuran semua makhluk. Prasasti Telaga Batu menyatakan kutukan bagi rakyat yang melakukan kejahatan dan tidak taat pada perintah raja. Prasasti Kota Kapur menyatakan usaha penaklukan Jawa yang tidak tunduk kepada Sriwijaya. Prasasti Karang Berahi menyatakan permintaan agar dewa menjaga Sriwijaya dan menghukum setiap orang yang bermaksud jahat. Prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuo, dan Telaga Batu yang ditemukan di dekat Palembang menceritakan letak pusat Sriwijaya yang ada di dekat Palembang. Prasasti Kota Kapur dan Karang Berahi yang ditemukan di Bangka dan Jambi menceritakan wilayah kekuasaan Sriwijaya sampai ke Pulau Bangka dan Melayu.
Selain prasasti, sumber  sejarah tentang Kerajaan Sriwijaya dapat kita ketahui dan prasasti di Indocina dan India serta catatan Cina dan Arab. Catatan Cina berasal dan I Tsing, rahib Buddha. Sedangkan catatan Timur Tengah berasal dan Raihan Al Baruni. Sriwijaya sebagai kerajaan bercorak Buddha dalam perkembangannya mampu berperan penting sebagai:
(a) Pusat perdagangan internasional,  peranan
Ini dimiliki oleh Sriwijaya karena Sriwijaya berkembang sebagai kerajaan  maritim, mempunyai kapal-kapal dagang yang besarjumlahnya. Sriwijaya memiliki angkatan laut yang kuat serta posisi strategis Sriwijaya yang berada di jalur perdagangan internasional.
(b) Tempat membina ilmu dan agama, menurut catatan pendeta ITsing disebutkan bahwa untuk memperdalam ajaran agama Buddha sebelum pergi ke India, para calon rahib terlebih dahulu mempersiapkan din di Sriwijaya, dan untuk mempertahankan peran Sriwijaya sebagai tempat memperdalam ajaran Buddha, raja Balaputradewa mengirim pelajar-pelajamya ke India untuk memperdalam ajaran Buddha, hal mi dibuktikan dalam Prasasti Nalanda di India Selatan. Ada dua kronik Cina yang menggambarkan keberadaan Sriwijaya, yakni catatan masa Dinasti Tang dan catatan I-Tsing.
Dalam catatan Dinasti Tang disebutkan bahwa Sriwijaya telah beberapa kali mengirimkan utusan ke Gina. Utusan itu datang tahun 971, 972, 974, 975, 980 dan 983 M. ketika hendak pulang, utusan itu tertahan di Kanton, Gina bagian selatan, karena negerinya sedang berperang melawan Raja Jawa. Sementara catatan I-Tsing menyebutkan bahwa dalam perjalanan ziarahnya ke India di tahun 672 M, ia singgah terlebih dulu di Sriwijaya. Dan Sriwijaya, ia melanjutkan perjalanannya ke Melayu, Jambi, kemudian ke India. Dalam perjalanan pulang, ia kembali singgah di Sriwijaya selama 5 tahun. Di sana, ia menerjemahkan kitab suci agama Buddha ke dalam bahasa Gina. Diceritakan pula bahwa saat itu Melayu sudah menjadi wilayah Sriwijaya. Keunggulan Sriwijaya sebagai pusat perdagangan dan pusat Buddha ditunjang oleh politik luar negerinya yang cenderung diplomatis. Diplomasi mi dilaksanakan untuk mengontrol hubungan dagang di wilayah Selat Malaka. Dengan sejumlah bandar penting di daerahnya, Sriwijaya menawarkan jaminan perlindungan keamanan. Tawaran itu dapat bersifat halus, dapat pula keras. Untuk itu, Sriwijaya membangun armada maritime yang kuat. Diplomasi mi juga dilakukan untuk membentuk persekutuan dengan kerajaan tetangga. Dengan diplomasi seperti mi, Sriwijaya mampu menanamkan pengaruhnya di sepanjang timur Sumatera, Semenanjung Melayu, Kalimantan, dan Jawa Barat.
 Diplomasi ala Sriwijaya mi juga diarahkan untukmembendung pengaruh Gina, India, dan Jawa di Selat Malaka.Untuk hubungan dagang dengan Gina, Sriwijaya melakukannya dengan mengutus utusan secara teratur. Siasat ini dimaksudkan untuk meminta perlindungan Cina dan serangan Jawa. Kerja sama antara Sriwijaya dengan Cholamandala terbukti dengan adanya Piagam Besar Leiden. Piagam ini adalah sebuah prasasti dan lempengan tembaga yang berasal dan India Selatan, ditulis dalam bahasa Sansekerta dan Tamil. Dan prasasti—prasasti lain yang ditemukan, tidak diketahui siapa raja pertama Sriwijaya. Petunjuk pertama tentang raja Sriwijaya barn ditemukan pada Prasasti Kedukan Bukit. Dalam prasasti mi disebutkan bahwa pada masa pemerintahan Raja Dapunta Hyang, Sriwijaya berhasil memperluas kekuasaannya hingga ke Jambi.

B. Raja lain yang pernah memerintah Sriwijaya antara lain :
a. Balapüteradewa.
Dalam masa pemenintahan Raja Balaputradewa ini, Sriwijaya mengalami masa keemasan. Raja Balaputradewa meningkatkan kegiatan pelayaran dan perdagangan. Ia juga menjalin hubungan yang baik dengan kerajaan—kenajaan di luar negeri, seperti Kerajaan Benggala dan Chola di India. Bahkan pada masa pemenintahan Balaputeradewa mi, Sriwijaya dikenal sebagai pusat perdagangan dan penyebaran Buddha di Asia Tenggara. Raja Sriwijaya yang lain adalah Sanggrama Wijayatunggawarman.  

b.  Sanggrama Wijayatunggawarman
Dalam masa pemerintahan raja ini, Sriwijaya berhasil ditaklukkan oleh Kerajaan Chola. Raja Wijayatunggawarman berhasil ditawan. Namun, pada masa Rajendracholadewa dan Cholamandala (1024 dan 1030), Wijayat unggawarman dibebaskan kembali.Sriwijaya mengalami kemunduran pada abad ke—13. Saat itu, terjadi pengendapan yang sangat cepat di muara Sungai Musi.Hal mi mengakibatkan pusat kota di Palembang semakin jauh dan laut dan menjadikannya tidak strategis lagi sebagai pelabuhan pusat perdagangan. Keadaan mi memperlemah perekonomian Sriwijaya. Apalagi Sriwijaya semakin sulit mengontrol daerah kekuasaannya yang begitu luas karena kemampuan militernya yang semakin merosot. Akibatnya, banyak daerah taklukan yang melepaskan din dan Sriwijaya. Pada masa mi, Sriwijaya juga mendapat banyak serangan dan luar. Di antaranya serangan Dharmawangsa Teguh dan Jawa yang terjadi tahun 992 M; serangan Rajendracholadewa dan Cholamandala tahun 1024, 1030, dan 1068; serangan dan Kertanegara Singasari tahun 1275; dan serangan Majapahit yang dipimpin Gajah Mada tahun 1377. Sriwijaya, menurut sebuah catatan Cina, pada 1225 M, Palembang, ibukota Sriwijaya, telah dikuasai oleh Kenajaan Melayu.
C. Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Sriwijaya 





Sriwijaya adalah sebuah negara maritim yang mempunyai hubungan perdagangan internasional. Para pedagang dan berbagai bangsa, seperti Cina, anak benua India (Gujarat, UrduP akistan, dan Tamil), Sri Lanka, dan Campa datang ke Sriwijaya. Bukan tidak mungkin terjadi perkawinan campur antara para pedagang asing tersebut dengan penduduk ash Sriwijaya. Hal ini dapat kita simpulkan dan berita I-Tsing yang menyebutkan banyaknya kapal asing yang datang ke Sriwijaya. Para pelaut ini tinggal beberapa lama di Sriwijaya menunggu datangnya pergantian angin yang akan membawa mereka berlayar menuju tempat tujuan. Jelaslah bahwa transportasi laut dan Sungai Musi di Palembang sangat membantu Sriwijaya dalam mengembangkan pertumbuhan ekonominya. Dengan kenyataan in masyarakat Sriwijaya diperkirakan sangat majemuk. Mereka juga telah mengenal pembagian (stratifikasi) sosial walaupun tidak begitu tegas. Hal ini bisa kita lihat dan beberapa istilah dalam Prasasti Kota Kapur yang menunjukkan kedudukan para bangsawan terdiri dan para putera raja dan kerabat istana. Adanya istilah yuwaraja (putra mahkota), pratiyuwaraja (putra raja kedua), dan rajakuman (putra raja ketiga) menunjukkan hal itu. Ditemukan juga istilah—istilah yang berkaitan dengan pekerjaan atau jabatan tertentu seperti jabatan nahkoda kapal yang disebut pulawan atau puhawan, bupati, dan senopati. Prasasti Kota Kapur juga menggambarkan adanya kelompok masyarakat yang memiliki profesi tertentu sebagai tenaga kerja, seperti saudagar, tukang cuci, juru tulis, pembuat pisau, dan budak-behian yang  dipekerjakan oleh raja.

(Sumber: Angkasa/Museum Geologi Bandung )

 

No comments:

Post a Comment

Labels