Daftar isi

Monday, 4 August 2014

SEJARAH WALI SONGO DI INDONESIA

    Penyebar Islam yang terkenal di Indonesia, khususnya Jawa, disebut Wali Sanga. Wali ini merupakan adalah dewan mubalig di Jawa yang berbasis di Demak sebagai pusat kegiatan politik dan agama Islam. Tiap wali tersebut pernah menjadi imam pada waktu shalat berjamaah di Masjid Agung Demak. Apabila salah satu anggota dewan wali ini wafat, ia akan digantikan oleh wali lainnya berdasarkan musyawarah. Tiap-tiap wali dan panggantinya mempunyai tugas penyiaran agamá Islam di Pulau Jawa. Mereka dipanggil dengan sebutan “sunan”, yang berasal dan kata “susuhunan”, kata bagi orang yang terpandang di masyarakat.

Para Wali-wali Yang ada di indonesia 

KISAH PARA WALI SONGO. LENGKAP.

a. Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibra him

                      Maulana Malik Ibrahim berasal dan Persia (Iran), kemudian berkedudukan di Gresik, Jawa Timur, dan dikenal sebagai Susuhunan atau Sunan Gresik, meninggal pada 1419 M. Ia yang diduga menyebarkan Islam di Jawa ketika Majapahit masih memerintah. Ia dikenal dengan nama Maulana Magribi/Syekh
Magribi karena diduga berasal dan Magnibi, Afrika Utara. Diperkirakan Sunan Gresik lahir sekitar pertengahan tahun 1350. Setelah dewasa ia menikah dengan seorang putri bangsawan ternama Dewi Candrawulan, putri pertama Ratu Campa yang telah menganut Islam (isteni Raja Brawijaya V Majapahit). Dakwahnya yang simpatik dan anif menyebabkan penduduk lebih cepat menerima Islam.


b. Sunan Ampel atau Raden Rahmat

                     Sunan Ampel (Ngampel), berkedudukan di Ampel Denta di Gin, dekat Surabaya; dan dikabarkan berasal dan Campa, Vietnam (sama dengan ibunya Raden Patah). Nama aslinya adalah Raden Rahmat,
putra Maulana Malik Ibrahim dan Dewi Candrawulan. Raden Rahmat dikenal sebagai perencana pertama kerajaan Islam di Jawa dan penerus cita-cita serta perjuangan ayahnya dan mendirikan pesantren di Ampel Denta di Jawa Timur. Ia berhasil mendidik para pemuda Islam untuk menjadi tenaga dai atau ahli kotbah (mubalig) yang akan disebar ke seluruh Jawa. Di antara pemuda yang dididik adalah Raden Paku (Sunan Gin), Raden Fatah (Sultan Demak), Raden Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), Syanifuddi (Sunan Drajat), serta Maulana Ishak yang pernah diutus mengislamkan rakyat di daerah Blambangan. Sunan Ampel cukup berpengaruh di kalangan istana Majapahit, bahkan isterinya pun berasal dan kalangan istana. Ia
tercatat sebagai peletak dasar penyebaran politik Islam ke Nusantara. Ia juga ikut andil dalam mendirikan Masjid Agung Demak tahun 1479 bersama wali-wali yang lain. Pada awal islamisasi di Jawa, Sunan Ampel menginginkan agar masyarakat menganut keyakinan yang murni. Ia tidak setuju kebiasaan masyarakat Jawa, seperti kenduri, selamatan, sesajen, dan sebagainya tetap hidup dalam Islam. Namun, wali-wali yang
lain berpendapat, untuk sementara kebiasaan tersebut dibiarkan saja karena masyarakat sulk meninggalkannya secara serentak. Akhirnya Sunan Ampel setuju. Ia juga menyetujui ketika Sunan
Kalijaga
dalam usaha menarik penganut Hindu dan Buddha, mengusulkan agar adat-istiadat Jawa dibeni warna Islam. Namun Sunan Ampel tetap khawatir adat-istiadat dan berbagai upacara ritual Islam kelak menjadi bid’ah. Sunan Ampel wafat tahun 1481 dan dimakamkan di Sunabaya.


c. Sunan Bonang

Nama aslinya Raden Maulana Makhdum Ibrahim. Arti makhdum adalah ulama besar yang harus dihormati. Ia putra Sunan Ampel dan perkawinannya dengan Dewi Candrawati. Sunan ini berkedudukan di Bonang, dekat Tuban. Sunan Bonang dianggap sebagai pencipta gending untuk mengembangkan ajaran Islam di pesisir utara Jawa Timur. Setelah belajar Islam di Pasai (Aceh) ia kembali ke Tuban, Jawa Timur untuk mendirikan pondok pesantren. Santri-santri yang belajar kepadanya datang dan
berbagai pelosok Nusantara. Dalam menyebarkan agama Islam selalu menyesuaikan din dengan corak kebudayaan Jawa. Ta menggunakan pertunjukan wayang sebagai media dakwahnya. Lagu gamelan wayang berisikan pesan-pesan ajaran agama Islam. Setiap bait diselingi ucapan syahadatain (ucapan dua kalimat syahadat). Kemudian dikenal dengan istilah sekatenan Dalam kegiatan dakwahnya Sunan Bonang menjadikan pesantrennya sebagai basis pendidikan agama Islam secara khusus dan mendalam. Catatan pendidikannya kemudian dibukukan dalam buku Suluk Sunan Bonang atau Primbon Sunan Bonang. Buku mi sekarang masih tersimpan di Universitas Leiden Belanda. Sunan Bonang wafat tahun 1525 dimakamkan di Tuban.


d. Sunan Drajat

                   Sunan Drajat adalah putra Raden Rahmat, berkedudukan di Drajat, dekat Sedayu. Nama kecilnya Raden Kosim atau Syarifudin. Disebut juga dengan Sunan Sedayu karena dimakamkan di daerah Sedayu. Menurut silsilah Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel dan istni kedua bernama Dewi Candrawati. Dalam musyawarah para Wali diputuskan, siapa yang mengganti Sunan Ampel untuk memimpin pesantren Ampel

               Denta. Dan pilihan jatuh pada Sunan Drajat. Ta terkenal dengan kepandaiannya membuat tembang Pangkur. Hal yang paling menonjol dalam dakwah adalah perhatiannya terhadap masalah sosial. Ta mempunyai jiwa sosial yang tinggi dan berorientasi pada kegotong-royongafl. Sunan Drajat wafat pertengahan abad ke-16 dimakamkan di Sedayu, Gresik.


e. SunanGiri

            
Sunan Giri, murid Sunan Ampel, berkedudukan di Gin, dekat Gresik. Nama kecilnya Raden Paku disebut juga Prabu Satmata dan sering dijuluki Sultan Abdul Fakih. Ia putra Maulana Ishak yang ditugasi Sunan Ampel menyebarkan agama Islam di daerah Blambangan. Salah seorang saudaranya adalh Raden Abdul Kadir (Sunan Gunung Jati). Pendidikannya adalah tamatan pesantren di Pasai (Aceh). Ketika beranjak dewasa, Raden Paku belajar di Pesantren Ampel Denta. Berkenalan dengan Raden Maulana Makhdum Ibrahim. Keduanya bersahabatan hingga menunaikan ibadah haji ke Mekah.
Selama di pesantren Pasai, Raden Paku menimba ilmu ketuhanan, keimanan, dan tasawuf. Tingkat terakhir adalah ilmu
laduni sehingga gurunya menganugerahi gelar Am al-Yaqin dan masyarakat menyebutnya dengan Raden Ainul Yakin. Sunan Gin sangat benpengaruh terhadap jalannya roda-roda Kesultanan Demak Bintoro. Setiap keputusannya selalu disemjui oleh wali-wali lainnya. Sunan Gin wafat tahun 1600, dimakamkan di Bukti Gin, Gresik. 



f Sunan Muria 

            
Nama kecilnya Raden Pratowo sedangkan nama aslinya Raden Umar Said. Ta lebih dikenal dengan nama Sunan Muria karena kegiatan dakwahnya dilakukan di Gunung Muria (18 km sebelah Utara Kota Kudus). Sunan Muria dalam berdakwah memilih daerah pelosok terutama desa terpencil. Sistem dakwah yang disampaikan dengan memberi pendidikan singkat pada kaum pedagang, para nelayan, dan rakyat pedesaan. Cara berdakwah selalu dengan menyisipkan tembang Sinom dan Kinanti yang bernafaskan Islam. Sunan Muria wafat abad ke-16 dimakamkan di Bukit Muria, Jepara. 


g. SunanKalijaga 

             
Nama aslinya Joko Said, anak Bupati Tuban Raden Thmengguflg Wilwatikta. Ibunya bernama Dewi Nawang Rum, berkedudukan di Kadilangu, dekat Demak; ia menyebarkan ajaran Islam melalui pendekatan budaya dan sangat anti kekerasan; ia adalah menantu Sunan Gunung Jati.
Nama kecilnya Raden Mas Syahid (said) dan sering dijuluki  Syekh Malaya. Nama Kalijaga berasal dan
Qadizaka (Arab), artinya memeluk agama Islam, seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten. Di Banten ia mendirikan kerajaan tahun 1525. Ketika kembali ke Cirebon, KesultananBanten diserahkan kepada putranya, Maulana Hasanuddin yang kemudian menurunkan raja-raja Banten. Di tangan raja-raja Banten inilah kerajaan Hindu Pajajaran dapat dikalahkan dan rakyatnya memeluk Islam. Bahkan, Syarif Hidayatullah menggerakkan penyerangan ke Sunda Kelapa. Penyerangan itu dipimpin Faletehan (Fatahillah), panglima angkatan perang Demak. Fatahillah kemudian menjadi menantu Syarif Hidayatullah. Syarif Hidayatullah wafat tahun 1570 dimakamkan di daerah Gunung Jati, desa Astana, Cirebon. Maka ia dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati.



 

j. Para Wali Lainnya

                Para wali memegang peranan yang besar dalam penyebaran Islamdi Jawa. Dengan kesabaran dan kearifan, agama Islam disampaikan kepada masyarakat hingga diterima dan cepat berkembang di Jawa. Di samping Wali Sanga, banyak wali lainnya ikut andil dalam pengembangan Islam di Jawa, meski sebagian dibunuh dan tidak diakui oleh Wali Sanga, seperti:


(1) Syekh Subakir;


(2) Sunan Bayat atau Tembayat;


(3) Sunan eseng;


(4) Syekh Mojoagung;


(5) Syekh Siti Jenar;


(6) Maulana Ishak dan Pasai,
Aceh, mengislamkafl rakyatBlambangan (Pasuruan dan sekitarnya) di Jawa Timur bagiantimur;


(7) Syekh Jangkung; pernah berniat mendirikan masjid tanpa izin dan oleh Sunan Kudus akan dihukum mati        namun diselamatkan oleh Sunan Kalijaga;


(8) Syekh Maulana; berasal dan Krasak-Malaflg, dekatKalinyamat, murid Sunan Gunung Jati; karena pernah
mempermalukan dalam perdebatan tentang ilmu mistik iadibunuh atas perintah Sunan Kudus.


INFO SEJARAH
Syekh San Jenar atau Syekh Lemah Abang, berasal dan Carebon yang terkenal dengan ajaran sufinya
yang revolusioner sehingga oleh penguasa Demak dan para Wali ia dihukum mati karena ajarannYa
dianggap membahayakan stabilitas politik dan sosial Jawa Tengah ketika itu. Cerita lisan
menyebutkan bahwa banyak pengikut Siti Jenar yang melakukan kerusuhan sosial dikarenakafl
mereka ingin segera meninggalkan alam dunia yang dianggapnya sebagai kehidupan neraka. Ajaran
Syekh Sin Jenar banyak kesamaan dengan ajaran Al-Hallaj karena konon Syekh yang kontroVersi
ml pernah belajar agama di Persia, tempat Al -Hallaj hidup. 








Dafatar pustaka    : Sejarah sekolah menengah atas dan madrasah aliyah program IPS jilid 2 kelas XI, penyusun Triyono Suwito. jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen pendidikan nasional,2009.
 

No comments:

Post a Comment

Labels