Daftar isi

Saturday, 9 March 2013

Kebudayaan Barat menolak pandangan evolusioner mengenai kehidupan



Buku The origin of species sungguh sangat radikal untuk masanya itu; pandangan Darwin ini bukan hanya menantang pandangan ilmiah yang berlaku saat itu, tetapi juga mengguncang akar paling dalam dari kebudayaan Barat. Pandangan Darwin mengenai kehidupan memiliki perbedaan sangat tajam dengan paradigma konvensional yang mengatakan bahwa bumi baru berumur beberapa ribu tahun saja, dihuni oleh bentuk kehidupan yang tidak berubah dan telah diciptakan satu persatu selama seminggu penuh dimana Sang Pencipta membentuk keseluruhan jagat raya. Buku Darwin menantang pandangan dunia yang telah diajarkan dan diyakini selama berabad-abad.
Skala Alam dan teologi Alami

Sejumlah filsuf Yunani meyakini terjadinya evolusi kehidupan secara bertahap. Akan tetapi, para filsuf yang paling mempengaruhi kebudayaan barat, Plato (427-347 SM) dan muridnya Aristoteles (384-322 SM), tetap memegang pendapat yang bertentangan dengan konsep evolusi. Plato yakin mengenai dua dunia: suatu dunia nyata yang ideal dan kekal, dan suatu dunia khayal (ilusi) yang tidak sempurna yang kita tangkap melalui alat indera kita. Evolusi akan kontraproduktif di dalam suatu dunia dimana organism ideal sudah teradaptasikan secara sempurna terhadap lingkungannya.
Aristoteles yakin bahwa semua bentuk kehidupan dapat di susun dalam suatu skala atau  tangga, dengan tingkat kerumitan yang semakin tinggi, yang kemudian dikenal sebagai scala naturae (skala alam), Masing-masing bentuk kehidupan memiliki anak tangga yang telah ditentukan untuknya pada tangga tersebut, dan setiap anak tangga itu telah diambil (terisi). Dalam pandangan mengenai kehidupan yang telah berlaku selama 2000 tahun ini, spesie bersifat permanen sempurna, dan tidak berkembang.
Dalam budaya Judeo-Kristen. Kitab perjanjian Lama yang berisi penciptaan, dikuatkan ide bahwa setiap spesies telah diciptakan atau dirancang satu persatu dan bersifat permanen. Pada awal tahun 1700-an, biologi di Eropa dan Amerika didominasi oleh teologi alami (natural teology), yaitu suatu filosofi yang dkhususkan pada penemuan rencana Sang Pencipta telah dirancang masing-masing dan setiap spesies untuk suatu tujuan tertentu. Tujuan utama teologi alami adalah untuk mengelompokkan spesies dan memperlihatkan tahapan skala kehidupan yang telah diciptakan oleh Tuhan.
Carolus Linneaus (1707-1778), seorang dokter dan ahli botani Swedia, mencari keteraturan di dalam keanekaragaman kehidupan”, untuk kemuliaan dan keagungan Tuhan.” Linneaus adalah pendiri Taksonomi, yaitu cabang biologi yang membahas penamaan dan mengelompokkan bentuk kehidupan yang sangat beraneka ragam. Beliau mengembangkan sistem dua bagian atau binomial untuk menamai organism menurut genus dan spesies  yang masih tetap digunakan hingga saat ini, Selain itu Linneaus memakai suatu sistem untuk mengelompokkan spesies yang paling mirip ke dalam suatu jejang, kategori yang semakin umum. Sebagai contoh, spesies yang mirip dikelompokkan ke genus yang sama, genus yang mirip dikelompokkan ke dalam family yang sama, dan demikian selanjutnya. Bagi Linneaus, pengelompokkan spesies yang mirip dalam suatu kelompok tidak mengimplikasikan adanya pertalian keluarga menurut garis evolusi, tetapi seabad kemudian sistem taksonomi ternyata menjadi titik focus pendapat Darwin mengenai evolusi.

No comments:

Post a Comment

Labels