Daftar isi

Wednesday 6 August 2014

PENGARUH AGAMA ISLAM TERHADAP PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN DI INDONESIA



D. PENGARUH AGAMA ISLAM TERHADAP PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN DI INDONESIA

Berbicara kebudayaan Islam tentunya akan selalu bersinggungan dengan budaya Arab dan Timur-Tengah. Perlu dicatat bahwa tidak semua masyarakat Timur Tengah merupakan orang Arab: Orang Iran, misalnya, adalah orang bangsa Persia, yang memiliki bahasa serta budaya tersendiri—meskipun dalam ha-hal tertentu ada kesamaan dengan budaya Arab. Maka dan itu, menghubungkan budaya Islam dengan hanya budaya Arab tentunya kurang adil. Apalagi, persebaran Islam di Indonesia dilakukan bukan hanya oleh satu bangsa saja, melainkan oleh berbagai bangsa yang berdagang di Indonesia: orang Arab sendiri, Persia, Moor, India, bahkan Cina. Persebaran Islam di Indonesia tak serempak terjadi dalam waktu yang sama, melainkan berproses melalui aktifitas dagang dan sosial. Oleh karena itu, kekentalan pengaruh budaya dan ajaran Islam di tiap-tiap tempat di Indonesia tentunya berbedabeda. Ada masyarakat yang nuansa Islamnya kental, seperti Aceh atau Banten; adapula masyarakat yang nilai “kefanatikan” Islamnya tidak begitu kentara, seperti di Jawa. Dalam bidang kebudayaan, pengaruh Islam begitu kental sekali, baik dalam bahasa, kesusastraan, arsitektur, seni kaligrafi, nama-nama hari dan orang, seni tarian dan musik. Bagi orang santri, cara

SEJARAH SULUK



Suluk adalah salah satu aktifitas Tarekat Naqsyabandiyah Khlawatiyah yang dilakukan dengancara mengurangi makan dan tidur, tidak berbicara (kecuali bila dibutuhkan) Suluk biasanya dilakukan pada

PENGARUH ISLAM DALAM PRAKTIK AGAMA DAN PENDIDIKAN DI INDONESIA




Islams  ebagai agama, dalam berbagai hal, memiliki ajaran-ajaran yang fleksibel, terutama menyangkut masalah sosial dan budaya. Al-Quran dan hadist-hadist Nabi cukup banyak memuat pernyataan (firman Tuhan dan ucapan Nabi Muhammad) yang mengajak umatnya untuk berpikir. Maka dan itu, dalam ajaran Islam dikenal dengan metode iijtihad, yaitu langkah dalam menafsirkan dalil-dalil yang terdapat dalam al-Quran dan hadis yang kedudukan hukumnya belum jelas, secara musyawarah. Dengan demikian, setiap

SEJARAH PERKEMBANGAN PENGARUH AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA



Sejarah Pengaruh Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia
Islam datang ke Indonesia ketika pengaruh Hindu dan Buddha masih kuat. Kala itu, Majapahit masih menguasai sebagian besar wilayah yang kini termasuk wilayah Indonesia..Masyarakat Indonesia berkenalan dengan agama dan kebudayaan Islam melalui jalur perdagangan, sama seperti ketika berkenalan dengan agama Hindu dan Buddha. Melalui aktifitas niaga, masyarakat Indonesia yang sudah mengenal Hindu-Buddha lambat laun mengenal ajaran Islam. Persebaran Islam ini pertama kali terjadi pada masyarakat pesisir laut yang lebih terbuka terhadap budaya asing. Setelah itu, barulah Islam menyebar ke daerah pedalaman dan pegunungan melalui aktifItas ekonomi, pendidikan, dan politik.  Kali ini kalian akan mempelajari jejak pengaruh agama dan  kebudayaan Islam di berbagai wilayah di Indonesia serta proses  persebarannya. Akan diuraikan pula proses bagaimana Islam, sebagai agama baru, mampu berasimilasi dengan budaya tradisional masyarakat Indonesia yang telah terpengaruh tradisi Hindu-Buddha.

Agama Islam pada akhirnya menyebar hingga ke Asia Tenggara dan Asia Timur. Hal ini terjadi akibat jalur perdagangan yang makin ramai, dengan dibukanya Bandar Hurmuz di Teluk Persia. Indonesia sebagai salah satu wilayah yang memiliki banyak pelabuhan, merupakan salah satu tujuan para saudagar asing untuk
memperoleh barang dagang yang laku di pasaran internasional, terutama rempah-rempah.
Proses masuknya agama Islam ke Indonesia tidak berlangsung secara revolusioner, cepat, dan tunggal, melainkan berevolusi,lambat-laun, dan sangat beragam. Menurut para sejarawan, teori-teori tentang kedatangan Islam ke Indonesia dapat dibagi menjadi:
       a. Teori Mekah
Teori Mekah mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah langsung dan Mekah atau Arab. Proses mi berlangsung pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau HAMKA, salah seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Hamka mengemukakan pendapatnya ini pada tahun 1958, saat orasi yang disampaikan pada dies natalis Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di Yogyakarta. Ia menolak seluruhanggapan para sarjana Barat yang mengemukakan bahwa Islam datang ke Indonesia tidak langsung dan Arab. Bahan argumentasi yang dijadikan bahan rujukan HAMKA adalah sumber lokal Indonesia dan sumber Arab. Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh nilai- nilai ekonomi, melainkan didorong oleh motivasi spirit penyebaran agama Islam. Dalam  pandangan Hamka, jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab telah berlangsung jauh sebelum tarikh masehi. Dalam hal ini, teori HAMKA merupakan sanggahan terhadap Teori Gujarat yang banyak kelemahan. Ia malah curiga terhadap prasangka-prasangka penulis orientalis Barat yang cenderung memojokkan Islam di Indonesia, Penulis Barat, kata HAMK.A, melakukan upaya yang sangat sistematik untuk menghilangkan keyakinan negeri-negeri Melayu tentang hubungan rohani yang mesra antara mereka dengan tanah Arab sebagal sumber utama Islam di Indonesia dalam menimba Ilmuagama. Dalam pandangan HAMKA,orang-orang Islam di  Indonesia mendapatkan Islam dan orang- orang pertama (orang Arab), bukan dan hanya sekedar perdagangan. Pandangan HAMKA mi hampir sama dengan Teori Sufi yang diungkapkan oleh A.H. Johns yang mengatakan bahwa para musafirlah (kaum pengembara) yang telah melakukan islamisasi awal di Indonesia. Kaum Sufi biasanya mengembara dan sampai tempat ke tempat lainnya untuk mendinikan kumpulan atau perguruan tarekat.
        b. Teori Gujarat
Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam  ke Indonesia berasal dan Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat ini terletak di India bagian barat, berdekatan dengan Laut Arab. Tokoh yang menyosialisasikan  teori ini kebanyakan adalah sarjana dan Belanda. Sarjana pertama yang mengemukakan teori ini adalah J. Pijnapel dan Universitas Leiden pada abad ke 19. Menurutnya, orang-orang Arab bermahzab Syafei telah bermukim di Gujarat dan Malabar sejak awal Hijriyyah (abad ke 7 Masehi), namun yang menyebarkan Islam ke Indonesia menurut Pijnapel bukanlah dan orang Arab langsung, melainkan pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia timur, termasuk Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, teori Pijnapel ini diamini dan disebarkan oleh seorang orientalis terkemuka Belanda, Snouck Hurgronje. Menurutnya, Islam telah lebih dulu berkembang di kota-kota pelabuhan Anak Benua India. Orang- orang Gujarat telah lebih awal membuka hubungan dagang dengan Indonesia dibanding dengan pedagang Arab, Dalam pandangan Hurgronje, kedatangan orang Arab terjadi pada masa berikutnya. Orang-orang Arab yang datang ini kebanyakan adalah keturunan Nabi Muhammad yang menggunakan gelar “sayid” atau “syarif” di di depan namanya. Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh JR Moquetta (1912) yang memberikan argumentasi dengan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H/1297 M di Pasai, Aceh. Menurutnya, batu nisan di Pasal dan makam Maulanan Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan nisan yang terdapat di Kambay, Gujarat. Moquetta akhirnya berkesimpulan bahwa batu nisan tersebut diimpor dan Gujarat, atau setidaknya dibuat olch orang Gujarat atau orang Indonesia yang telah belajar kaligrafi khas Gujarat. Alasan lahirnya adalah kesamaan mahzab Syafei yang di anut masyarakat muslim di Gujarat dan Indonesia.

          c. Teori Persia
 Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dan daerah Persia atau Parsi (kini Iran). Pencetus dan teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat, sejarawan asal Banten. Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan analisisnya pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia. Tradisi tersebut antara lain: tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro sebagai han suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Au, cucu Nabi Muhammad, seperti yang berkembang dalam tradisi tabut di Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil dan bahasa Arab yang ditranslasi melalui bahasa Parsi. Tradisi lain adalah ajaran mistik yang banyak kesamaan, misalnya antara ajaran Syekh Siti Jenar dan Jawa Tengah dengan ajaran sufi Al-Hallaj dan Persia. Bukan kebetulan, keduanya mati dihukum oleh penguasa setempat karena ajaran-ajarannya dinilai bertentangan dengan ketauhidan Islam (murtad) dan membahayakan stabilitas politik dan. sosial. Alasan lain yang dikemukakan Hoesein yang sejalan dengan teori Moquetta, yaitu ada kesamaan seni kaligrafi pahat pada batu-batu nisan yang dipakai di kuburan Islam awal di Indonesia. Kesamaan lain adalah bahwa umat Islam Indonesia menganut mahzab Syafei, sama seperti kebanyak muslim di Iran.


         d. Teori Cina
Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di Jawa) berasal dan para perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Cina atau Tiongkok telah berbaur dengan penduduk Indonesia terutama melalui kontak dagang. Bahkan, ajaran Islam telah sampai di Cina pada abad ke-7 M, masa di mana agama ini baru berkembang. Sumanto Al Qurtuby dalam bukunyaArus Cina-Islam-Jawa menyatakan, menurut kronik masa Dinasti Tang (6 18-960) di daerah Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir Cina bagian selatan, telah terdapat sejumlah pemukiman Islam. Teori Cina ini bila dilihat dan beberapa sumber luar negeri (kronik) maupun lokal (babad dan hikayat), dapat diterima. Bahkan menurut sejumlah sumber lokat tersebut ditulis bahwa raja Islam pertama di Jawa, yakni Raden Patah dan Bintoro Demak, merupakan keturunan Cina. Ibunya disebutkan berasal dan Campa, Cina bagian selatan (sekarang termasuk Vietnam). Berdasarkan Sajarah Banten dan Hikayat Hasanuddin, nama dan gelar raja-naja Demak beserta leluhurnya ditulis dengan menggunakan istilah Cina, seperti “Cek Ko Po”, “Jin Bun”, “Cel< Ban Cun”, “Cun Ceh”, serta “Cu-cu”. Nama-nama seperti “Munggul” dan “Moechoel” ditafsirkan merupakan kata lain dan Mongol, sebuah wilayah di utara Cina yang berbatasan dengan Rusia. Bukti-bukti lainnya adalah masjid-masjid tua yang bernilai arsitektur Tiongkok yang didirikan oleh komunitas Cina di berbagai tempat, terutama di Pulau Jawa. Pelabuhan penting sepanjang pada abad ke-15 seperti Gresik, misalnya, menurut catatan-catatan Cina, diduduki pertama-tama oleh para pelaut dan pedagang Cina. Semua teori di atas masing masing memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri. Tidak ada kemutlakan dan kepastian yang jelas dalam masing-masing teori tersebut. Meminjam istilah Azyumardi Azra, sesungguhnya kedatangan Islam ke Indonesia datang dalam kompleksitas; artinya tidak berasal dan satu tempat, peran kelompok tunggal, dan tidak dalam waktu yang bersamaan.
Keberadaan Masyarakat Islam Awal di Indonesia
a. Kronik-kronik Luar Negeri
Sejak abad ke-5 M, pedagang Arab telah menjalin kontak dengan pedagang dan Cina. Rute dagang bahari pedagang Cina-Arab ini tentunya melintasi perairan Indonesia. Karena itu, orang-orang Arab dipastikan telah mengenal masyarakat Indonesia sejak abad ke-5, yang ketika itu agama Islam pun belum lahir. Selanjutnya pada abad ke-7 M, para pedagang Islam dan Persia dan India telah melakukan kontak dagang di sejumlah pelabuhan di Indonesia. Aktifitas dagang ini semakin ramai sejak Dinasti Umayyah berkuasa. Perdagangan dilakukan oleh Bani Umayyah dengan Dinasti Tang melalui Selat Malaka. Informasi sejarah mi tersiar dan kronik Cina masa Dinasti Tang yang melaporkan perdagangan antara Cina dan Asia Barat. Perdagangan itu melibatkan Indonesia karena kawasan ini dilalui pedagang Asia Barat sebelum dan sepulang dan Cina. Antara abad ke-7 dan 8 M sudah terdapat pemukiman muslim di Baros di pantai barat laut Sumatera, di pesisir utara Jawa, Maluku, dan Kanton di Cina Selatan. Masih menurut berita Cina bahwa pada tahun 977 M, sebuah kerajaan Islam di Indonesia telah mengirim utusannya ke negeri Cina. Kerajaan mi bernama Poni, utusannya bernama Pulau Hingga sekarang data-data lain tentang keberadaan Kerajaan Poni ini belum ditemukan. Pada 1281 Kerajaan Melayu-Jambi mengirim utusan ke Cina dengan dua utusan yang bernama Sulaiman dan Syamsuddin—keduanya nama Islam. Tulisan pada nisan di Leheran, Gresik, berupa huruf Arab,memberitakan wafatnya wanita muslim bernama Fatimah binti Maimun yang bertanggal 1082 M (ada juga yang berpendapat 1181 M). Pemakaman muslim kuno di Trowulan membuktikan adanya bangsawan Majapahit yang memeluk Islam sejak masa Hayam Wuruk. Catatan Ma-Huan memberitakan bahwa pada awal abad ke-15 sebagian masyarakat di pantai utara Jawa (mungkin kota pelabuhan seperti Tuban, Sedayu, dan Gresik) telah memeluk Islam. Pelayaran kapal dagang dan Asia Barat ke Indonesia cukup bergantung kepada angin musim. Karena harus menunggu pergantian angin musim tersebut, para pedagang muslim akhirnya menetap cukup lama di sejumlah bandar di Indonesia. Selama singgah itulah terjalinlah interaksi sosial. Bandar-bandar dagang  Indonesia yang penting berada di sekitar Selat Malaka dan pantai utara Laut Jawa. Komoditas yang diperdagangkan berupa hasil hutan, pertanian, dan kerajinan. Pedagang muslim yang turut andil dalam perdagangan terutama berasal dan Gujarat, di utara Bombay. Singgahnya para pedagang dalam waktu yang relative lama, mengakibatkan berdirinya sejumlah pemukiman para pedagang muslim. Berdirinya pemukiman-pemukiman itu membuka jalinan sosial antara pedagang muslim dengan penduduk pribumi. Iriteraksi itu berawal dan lingkup ekonomi lalu ke lingkup sosial,
 
budaya, agama, dan politik. Dalam proses inilah penduduk Indonesia mengenali ajaran Islam. Pengenalan nilai-nilai Islam juga melibatkan peran mubalig yang ikut serta bersama para pedagang muslim. Mereka mendirikan pesantren dan masjid dalam pengenalan ajaran Islam lebih mendalam. Pengenalan itu tidak hanya dilakukan melalui dakwah, melainkan juga dengan perilaku terpuji. Berita Cina memberitakan bahwa pada akhir abad ke-13 M, kerajaan kecil bernama “Sa-mu-ta-la”(Samudera) mengutus dutanya ke Cina. “Sa-mu-ta-la” merupakan ejaan orang Cina untuk Samudera Pasai. Adanya kerajaan Pasai mi diperkuat oleh catatan Marcopolo yang singgah di Sumatera pada 1292. Marcopolo menyatakan adanya masyarakat muslim di Perlak akhir abad ke- 13 M. Suma Oriental, kronik karya Tome Pires musafir Portugis (Portugal), mencatat cukup lengkap penyebaran Islam di Sumatera, Kalimantan, Jawa, sampai Maluku pada abad ke-16 M. Tome Pires pernah singgah di Malaka, Sumatera, dan Jawa. Ia meninggalkan Kepulauan Indonesia sekitar tahun 1515 M. Tome Pires menulis kronik lain yang berjudul PortugeseRelacion. Selain, Marcopolo dan Tome Pires, ada pula sejumlah pelaut Eropa yang sempat singgah di Indonesia, di antaranya: Ferdinand Mendez Pinto dan Dc Couto (menulis Da Asia) dan Portugis yang ke Indonesia tidak lama setelah Tome Pires.
b. Sumber-sumber Lokal: Historiografi Tradisional
Berbeda dengan sumber-sumber luar negeri, sumber-sumber lokal kebanyakan berbentuk kesusastraan. Kitab-kitab yang memuat informasi sejarah tersebut banyak bentuknya. Di Melayu, Sumatera, Banten, dan Kalimantan, biasanya berbentuk hikayat. Sedangkan di Jawa, seperti di Banten, Cirebon, Demak, Mataram, biasanya berbentuk babad, kitab, sajarah, kidung, carita, atau sera:. Meski demikian, balk kronik luar negeri maupun sumber lokal, keduanya sama.sama merupakan penulisan (historiografi) tradisional. Bila kronik dan luar negeri ditulis oleh nania dan tahun yang jelas, para penulis lokal sering tak bernama. Scning sebuah karya dicatat oleh lebih dan satu orang. Kebanyakan kitab tesebut berbahasa Melayu dan Jawa dan bcraksara Arab gundul atau Jawi. Selain tak tercantum nama penulis, kitab-kitab mereka acap kali tak mencantumkan tanggal, bulan, dan tahun yang pasti. Malah bisa saja, sebuah kitab yang menceritakan, misalnya, abad ke-15, ditulis pada satu-dua abad berikutnya. Oleh karena itu, peristiwap peristiwa yang tercantum dalam kitab itu banyak yang tidak faktual. Sering terjadi pula adanya perbedaan antara kitab satu dengan yang lain, seperti perbedaan waktu, nama raja, gelar, tempat, atau silsilah




PERTEMUAN TUTORIAL KABUPATEN BANTAENG


Mata Kuliah    : PTK                                       SM/Program    :VI /S1 PGSD
Pokjar              : Bantaeng 3                            Tutor               : Drs. Zainuddin Kabai,M.Pd.

Pertemuan
PB/SPB
Pendekatan
Tgl/TTD Tutor/Dosen
1
Hakikat Penelitian tindakan kelas
  1. Pengertian PTK
  2. Karakteristik PTK
  3. Manfaat PTK
  4. Keterbatasan PTK
  5. Persyaratan PTK
-Tanya Jawab
-Diskusi Kelompok
-Penugasan
3/5-2009
2
Langkah-Langkah Penelitian tindakan kelas
  1. Rencana pelaksanaan PTK
  2. Pengumpulan data
  3. Analisis data
  4. Tindak lanjut PTK
-Tanya Jawab
-Diskusi kelompok
-Penugasan
10/5-2009
3
Merancang Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
  1. Langkah-langkah perencanaan
  2. Rencana dan proposal PTK
Evaluasi
-Tanya Jawab
-Praktek menyusun proposal
16/5-2009
4
Melaksanakan perbaikan dalam pembelajaran
A. Perbedaan peran Guru sebagai pengajar dan peneliti PTK
-Tanya jawab
-Kajian referensi
17/5-2009

5
B. Melaksanakan perbaikan Pembelajaran
Evaluasi

-Kajian referensi
-Tanya  jawab
24/5-2009
6
Analisis dan interpretasi data serta tindak lanjut hasil PTK
  1. Analisis data PTK
  2. Penyajian hasil analisis
  3. interpretasi data
-Kerja Kelompok
-Presentasi hasil kerja            kelompok
31/5-2009
Mata Kuliah    : PTK                                       SM/Program    :VI /S1 PGSD
Pokjar              : Bantaeng 3                            Tutor               : Drs. Zainuddin Kabai,M.Pd.


Pertemuan
PB/SPB
Pendekatan
Tgl/TTD Tutor/Dosen
6
  1. Kesimpulan
  2. Tindak lanjut hasil PTK


7
Evaluasi harian dilanjutkan dengan laporan penelitian tindakan kelas
A. Hakikat laporan Penelitian Tindakan Kelas
Praktek menyusun laporan PTK
6/6-2009
8
Laporan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
B.     Menulis dan Mendesiminasi laporan PTK
  1. Berbagai ketentuan dalam penulisan laporan
  2. mendesiminasikan laporan PTK

-Penugasan
-Diskusi
-Tanya Jawab
-Presentasi
14/6-2009


                                                Bantaeng,......................2009

 PJU    LAMA                                                                                                                                                TUTOR



...................................                                                                                                             Drs. Zaenuddin Kabai,M.Pd.                                                                                                                                                                            Nip : 1960107  1968903  1  008





                                                            Mata Kuliah    : PTK                                       SKS                 : 2
                                                            Semester          : VI/S1. PGTK                        Nama  Tutor    : Drs. Zainuddin Kabai

Deskripsi MK                : Pentingnya PTK bagi setiap guru dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas Hasil belajar di kelas
Kompetensi Umum        : Setelah selasai perkuliahan di harapkan memiliki kemampuan untuk melaksanakan PTK baik untuk  perbaikan maupun pengembangan profesi guru
No
Kompetensi khusus
PB
Sub. PB
Tutorial Bobot Nilai
Estimasi waktu
Daftar pustaka
Tutorial KL
1
Diharapkan dapat menjelaskan pengertian, karakteristik, posisi, manfaat, keterbatasan dan persyaratan PTK
Hakikat PTK
A.    Pengetian PTK
B.     Karakteristik PTK
C.     Perbedaan PTK dan penelitian kelas
D.    Perlunya PTK bagi guru























                                                                                              

Labels